Part Tigapuluh

22K 2.4K 307
                                    

Suara tawa itu menggema hingga sudut ruangan. Rendi sebagai pelaku kebisingan itu menatap pria yang duduk di samping nya, tangan pemuda itu menengadah, bermaksud meminta sesuatu.

"Apa?" Bingung Daniel.

Rendi mendelik,"Daddy memang udah tua, tapi ya jangan pikun juga kali. Mana revolver sama SPP Dragonbal ku?" Tanya nya.

Daniel menghembuskan nafas, kemudian menyuruh Dom mengambilkan barang yang sudah ia titipkan pada salah satu anak buah nya. Tidak lama, Dom kembali dengan tas hitam kecil ditangan nya.

"Asek, menang terus tawuran nya ini mah" ujar Rendi antusias.

Daniel mengambil tas hitam itu, kemudian memberikan nya kepada sang anak," memang nya siapa yang mengizinkan mu tawuran?" Ujarnya membuat Rendi cemberut.

"Uwiihh, tas nya berat. Pasti jedor-an nya bisa tembus SNMPTN di UI, wah mantap" racau nya.

Daniel menggeleng mendengar ucapan ngawur sang anak. Setelah sadar sesuatu, Daniel segera bangkit, "Daddy kekamar dulu" ujarnya yang tidak di gubris sedikitpun oleh sang anak.

Rendi membolak-balik tas hitam di tangan nya. Sungguh tidak sabar rasanya memegang benda yang selama ini ia lihat di TV saat film laga. Perlahan pemuda itu membuka tas nya, kemudian mengeluarkan isinya.

"DANIEL SETAN. KUALAT YA LO BOHONGIN ANAK TAMPAN MACAM GUA!!!" teriakan itu menggelegar, hingga membuat beberapa anggota Redmoon disekitar menutup telinga.

Bahkan Dom, Sean dan Lean yang berada di sekitar tuan muda pun langsung mundur beberapa langkah. Berbeda dengan Lia yang menghampiri Sang anak dari arah dapur, raut wanita itu terlihat panik.

"Kenapa, kenapa, kenapa? Kamu kenapa sayang? Nggak papa kan? Kenapa teriak-teriak?" Ujar Lia seraya membolak-balik kan tubuh sang anak.

Lia langsung memberikan segelas susu saat melihat dada anak nya memburu. Entah karna apa, tapi wajah anak nya terlihat memerah.

"Duduk dulu sayang, kenapa hem? Cerita sama Mom" Lia menuntun sang anak untuk duduk di sofa yang tadi. Sangking marah nya Rendi sampai reflek berdiri.

Rendi menunjukan pistol air, dengan tulisan revolver di stiker yang tertempel. Pantas saja terasa berat, ternyata itu karna tampungan air nya.

"Daddy bohongin aku, dia bilang mau kasih revolver, sekarang malah kasih tembakan air. Dikiranya aku anak kecil?!" Ujar Rendi kesal.

Lia yang masih memegang spatula di tangan kanan nya itu pun menghela nafas. Bukan seperti ini maksudnya, ia ingin suami nya bertanggung jawab dengan perkataan nya waktu itu, tapi tidak dengan membuat anak nya emosi. Bagaimana jika anak nya terkena serangan darah tinggi? Kasian anak nya masih muda dan masih harus mengejar masa depan.

"Kamu marah, sayang?" Tanya Lia.

"Yaiyalah" ujar Rendi ngegas.

Lia berdiri kemudian menarik lengan sang anak agar ikut berdiri," sana, Daddy kamu ada di kamar kan? Bales!" Ujar Lia.

Rendi menatap sang Mommy yang saat ini tengah menatap nya yakin, Rendi mengangguk. Kemudian melangkah memasuki lift kekamar sang Daddy sambil memasang posisi siaga dengan tembakan air ditangan nya. Pemuda itu menoleh ke kanan dan ke kiri, bak tentara dalam arena perang.

Lia menatap punggung sang anak, wanita itu mengangkat spatula nya keudara," semangat sayang!" Ujarnya kemudian kembali ke dapur melanjutkan masakan nya.

____

"Posisi target ada di dalam, gua harus dobrak nih pintu tapi jangan sampe pala gua yang pecah. Sekitar lima langkah menuju pintu, mundur lima langkah ancang-ancang, setelah itu lari terjang pintu, antisipasi posisi jangan sampe nyungsep, malu, tentara kok nyungsep di depan musuh, otak tolong di mengerti!" Racau Rendi bermonolog.

Pemuda itu tengah bersender di tembok, tangan di depan memegang tembakan air tadi, Rendi tampak tidak peduli dengan beberapa anggota Redmoon yang menatap nya seraya menahan tawa.

Rendi mendekat salah satu anggota Redmoon,"om ada pistol beneran nggak?" Pria itu mengangguk.

"Gua boleh pinjem nggak. Atau kalo nggak gua beli deh, tapi ngutang dulu" tawar Rendi.

Pria itu menggeleng,''Tuan melarang kami memberikan benda berbahaya kepada anda, tuan muda" ujar nya.

Rendi mendengus, kemudian kembali ke posisi sebelum nya. Ingin memaksa pun tidak akan bisa, ia sudah sering melakukan nya dengan orang yang berbeda tentunya, namun mereka tetap menaati perintah tuan nya itu.

"Oke, nggak papa kapten Rendi, kembali di posisi mu. Dalam hitungan ketiga, kapten Rendi yang tampan harus menjalankan rencana" racau nya.

"Satu..." Rendi berjalan kedepan pintu.

"Dua..."kembali melangkah mundur, dan memasang ancang-ancang.

"Tiga!" Pemuda itu berlari menubrukan diri ke pintu kamar, yang sialnya tidak di kunci!

Tubuh pemuda itu oleh hingga tersungkur dengan posisi tengkurap. Rencana nya gagal, ia tidak bisa menyeimbangkan diri untuk tidak jatuh.

Cklek

"Rendi, kamu ngapain disitu?" Tanya Daniel yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

Rendi berdehem singkat seraya menutupi rasa sakit saat tubuh nya menghantam lantai,"nyari curut!" Ujarnya kemudian bangkit.

Pemuda itu meraih tembakan air yang jatuh ditalantai, kemudian menodongkan nya ke arah sang Daddy.

"Angkat tangan anda" ujarnya dingin. Ralat, berpura-pura.

Daniel menahan tawanya, namun tetap melakukan perintah sang anak. Pria itu mengangkat tangan nya sesuai perintah kapten Rendi.

"Anda di tangkap atas tuduhan penipuan, penggelapan dana SPP Dragonbal, pembunuhan berencana kepada spesies semut, transaksi ilegal kucing betina, dan---" Rendi menatap Daniel tajam.

"---perbuatan asusila kepada orang utan" lanjutnya membuat beberapa anggota Redmoon yang melihat kejadian itu dari tadi menutup mulut agar tidak mengeluarkan suaranya.

"Nak, kamu-----"

"Diam, dan berjongkok lah. Jangan melawan kapten Rendi, kalo nggak mau kehilangan nyawa karna tertembak" Rendi meniup moncong tembakan air kemudian mengarahkan nya lagi kepada sang Daddy.

Daniel menurut, perut nya saat ini sedang di penuhi ribuan kupu-kupu hingga membuat nya bersusah payah menahan tawa. Ia baru merasakan susah nya menahan tawa kali ini, karna biasa nya Daniel susah tertawa.

Rendi menaiki punggung tegap sang Daddy, kemudian mengarahkan moncong tembakan airnya ke kepala sang Daddy.

"Jalan, kita kebawah sekarang, harus naik tangga nggak boleh pake lift!" Perintah nya mutlak.

Daniel menurut, kedua tangan nya berada di belakang punggung berniat menahan tubuh sang anak agar tidak terjatuh. Kaki nya mulai melangkah, kearah tangga lantai tiga.

Anak dan ayah itu menjadi pemandangan yang tidak biasa bagi para anggota Redmoon. Karna biasanya Daniel yang menodongkan senjata, tapi Kali ini Daniel lah yang ditodong, menggunakan pistol air lagi.

Dan Rendi menikmati momen seperti ini, satu tangan nya berpegangan di bahu sang Daddy dan tangan satu nya lagi gunakan untuk memegang tembakan air itu.

Rendi, benar-benar merasa sedang kembali ke masa kecil. Bermain bersama sosok seorang ayah. Rendi berterima kasih karena Tuhan menghadirkan Daniel dalam hidup nya.

"Anda harus hadir di sidang Paripurna, dihadapan jaksa Lia dengan tuntutan kapten Rendi!"






_____
Gimana part kali ini?

Maaf ya aku nggak bisa update cepet, beberapa hari ini banyak problem yang nguras pikiran.

Jadi nggak dapet ide buat lanjutin ini cerita.

Ada yang mau disampaein sama;

Kapten Rendi?

Daddy Daniel?

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang