Part Sembilan

27K 2.7K 188
                                    

Rendi memberontak, namun kegiatan nya itu malah menyakiti dirinya sendiri.

Dirinya tertangkap saat mencoba melarikan diri, melenyapkan angan-angan kebebasan yang sudah terpatri dipikirannya.

Pria itu berdiri tepat disamping nya, menatap dirinya remeh karna berhasil tertangkap. Padahal Rendi sudah mencoba mengasah keberaniannya dengan olahraga parkour dadakan.

Namun Dewi Fortuna memang sedang tidak berpihak kepadanya. Atau mungkin ini adalah balasan dari doa ayah nya, menyingkirkan anak nya dari dunia.

Rendi masih belum tahu apa tujuan pria itu menculik nya, namun yang pasti apapun yang dilakukan pria itu adalah hal yang buruk. Mungkinkah pelelangan manusia, budak seks, atau organ yang dia inginkan.

Rendi memang sempat berfikir untuk meninggalkan dunia, namun jika sudah dihadapkan dengan situasi seperti ini. Jujur Rendi belum siap mati, dosanya masih bejibun, hutang nya juga belum lunas.

Apalagi dosa dia sama para mantan calon istrinya, yang baru satu jam pacaran langsung diputusin, ditinggal ditaman, sama yang Rendi suruh bayarin makan kalo lagi jalan.

Rendi menghela nafas, netranya menyapa pria tersebut yang juga menatapnya dengan tangan dilipat didepan dada.

"Mau Lo apa sih sebenernya?!" Baru juga nanya, si Rendi langsung nyolot.

Pria disampingnya itu menghela nafas, lalu duduk tepat disisi kasurnya. Rendi tak dapat menggeser tubuhnya untuk menjauh, kaki nya dirantai saat ini.

"Mau Daddy, kamu diam dan menurut" ujarnya.

Rendi menatap pria didepannya datar, memangnya dia siapa berani mengatur dirinya. Jikalau memang Rendi akan mati karna organnya diambil, Rendi pastikan tidak akan pernah menurut pada pria itu.

"Nurut buat mati, gitu maksud Lo, iya?!"

Dahi pria tersebut terlihat berkerut, disertai wajah bingung yang tercetak jelas di wajah tampan tersebut.

"Gak usah sok polos bangsat, Lo pasti mau manfaatin gua kan, terus nanti jantung, ginjal, hati gua Lo ambil terus dijual kan, ngaku deh Lo?!"

Daniel, pria tersebut mengerti sekarang apa yang dibicarakan pemuda tersebut, dan kemana arah pembicaraan itu.

Pria tersebut menghela nafas "Daddy memang bukan orang baik, kerjaan Daddy juga bukan pekerjaan yang normal, tapi apa salah kalo Daddy berusaha jadi orang tua yang baik" ujarnya.

Rendi berdecih "gak salah sih, tapi Lo salah orang, gua bukan anak Lo!"

"Kata siapa?, Mulai sekarang kamu anak Daddy"

Rendi memutar bola matanya malas "eh setan, gua bukan keluarga Lo, bukan darah daging Lo, kalo mau jadi orang tua ya buat anak dong, kok tolol sih!'

"Apa perlu gua ajarin gimana cara buat anak, Lo juga udah punya istri kan, yaudah tinggal maen kasur sana!" Lanjutnya.

"Mom mandul, jadi gak bisa punya anak"

Kedua pria yang sedari tadi berdebat itupun menoleh kearah pintu, disana Lia berdiri diambang pintu dengan raut sendu.

"Mom gak bisa kasih keturunan buat Daddy kamu, Mom gagal ngasih pelengkap kebahagian keluarga kecil Mom" ujar Lia sendu.

Rendi diam, entah mengapa ia merasa bersalah telah membuat wanita didepannya sedih. Rendi jadi bingung, disatu sisi keluarga nya membenci anugrah tuan, namun disisi lain keluarga ini mengharapkan sebuah anugrah.

Lia duduk disisi ranjang Rendi yang lain, membuat Rendi berada ditengah-tengah kedua pasutri tersebut.

"Satu tahun pernikahan kami belum dikasih buah hati, sampe dokter bilang kalau Mom mandul, Mom sedih, Mom kecewa sama diri Mom sendiri karna gak bisa ngasih kebahagiaan buat keluarga kecil Mom" Lia berhenti sejenak untuk menghapus air matanya yang tiba-tiba saja luruh.

Rendika [Tersedia Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang