Masa ujian berlalu. Selama masa ujian ini Andri banyak mengeluh karena jarangnya dia mendapat contekan, apalagi pada mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Matematika benar-benar memeras otaknya. Tia merasa tidak ada yang sulit pada ujian yang dijalaninya, mungkin karena dia sedikit bergaul dengan teman sekelasnya membuat Tia menjadi mandiri. Rio beda ruangan dengan Delfin dan Andri, tapi karena dia termasuk siswa cerdas dia tidak mengalami kesulitan.
Angga memasuki kelas dengan map kertas di dekapannya, membuka map berisi lembar-lembar kertas soal dan jawaban, lalu dibagikan kepada siswa-siswi yang remidi. Matanya melihat Andri yang berwajah frustasi "Waktu pengerjaan 120 menit, jika ada soal yang tidak kalian mengerti tanya saja." melihat jam tangannya sekilas "Kalian bisa mulai" ucapnya kemudian duduk dimejanya.
Isti memasuki ruang keluarga, di sana ia melihat anak-anaknya fokus menonton televisi. Mendudukkan diri di sebelah anak sulungnya, Isti bertanya "Akra, besok kamu sekolah?"
"Iya, Bun. Kenapa?" Jawab Delfin sambil menatap ibunya
"Dokter bilang, donor yang cocok untuk kamu sudah ada dan besok operasi bisa dilakukan"
"Beneran, Bun?!" Ketiga anaknya bertanya serentak dengan nada ceria, Isti mengangguk dengan ceria juga. Segera Isti memeluk Delfin, Evan dan Eva juga ikut memeluk kakak mereka. Darwin yang baru datang menatap keluarganya bingung, segera saja ia menghampiri keluarga kecilnya itu dan memeluk mereka dengan wajah cerah "Ada apa ini? Ayah ketinggalan apa?"
"Tidak ada. Aku hanya memberi tahu tentang operasi Akra besok"
Jam munjukkan pukul sembilan malam yang mana adalah jam tidur keluarga Darwin. Berbaring di ranjang sambil memainkan ponselnya, Delfin mengirim pesan kepada Angga
Kak Angga
Kak
KakAda apa
Aku besok Operasi
Di tempat lain, Angga mengerutkan dahi dengan kepala sedikit mundur. Kepalanya bisa mendengar nada riang dan menampilkan wajah bahagia Delfin.
Besok?
Iya
Besok. Kata bunda pagi-pagi banget, jam enamOh
Matanya menyipit menatap kata itu. Hanya itu, tidak ada reaksi lain yang terlihat lebih berkesan.
Cuma "Oh", Kak?
Selamat malam, Kak
Semoga mimpi indahIya.
Selamat malam juga. Mimpi indah jugaBerbalik telentang menatap langit-langit kamar, sudut bibirnya perlahan terangkat dan helaan nafas bahagia terhembus. Ekspresi itu dengan cepat berubah menjadi masam saat mengingat kata yang hanya terdiri dari dua huruf.
"Kak, masa cuma "Oh" gitu doang?" guling Delfin peluk erat "Gak kayak "Woaah. Selamat, Akra" atau minimal nanya "Benarkah besok? Syukurlah" atau apa kek yang berkesan dikit gitu loh" mendumel dengan suara keras yang hanya ditanggapi bunyi detik jam.
"Kak Angga gitu. Aku tau kak Angga suka sama aku, tapi dia terlalu malu buat ngaku. AKU TAU SEMUANYA, KAK!" Menatap guling di dekapannya dengan wajah datar, Delfin menghela nafas "gila gue lama-lama. Tsk! Kalo gila ntar nggak kaw- nikah sama kak Angga. Haah!..."
Mengambil ponselnya lagi, tangannya mengetik pesan yang ia kirimkan kepada ketiga sahabatnya.
Darwin dan keluarganya sudah siap berangkat ke rumah sakit, mereka sepakat meliburkan diri hari in.
"Bu, bekalnya sudah saya taruh di mobil"
"Terima kasih, Bi. Tolong panggilkan Akra"
Delfin duduk termenung menatap dinding. Perasaannya campur aduk sekarang, tidak seperti tadi malam dimana hanya ada rasa bahagia dan lega. Mengecek ponselnya untuk melihat kembali pesan teman-temannya yang menyemangati dirinya, tapi pesan yang paling ditunggunya tidak muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILKY
Teen FictionLelaki itu tidak punya rahim, tidak bisa mengandung, tidak bisa menyusui tentu saja. Angga, berusia 27 tahun, entah bagaimana dadanya mengeluarkan cairan laktasi. Bagaimana bisa? Apalagi ini terjadi saat dia seharusnya sudah menikah atau paling tida...