Chapter 09: Pengakuan tiba-tiba

9.7K 759 29
                                    

Bel ditekan tiga kali. Tia, Andri, dan Rio tetap menunggu pintu terbuka, mereka kurang lebih berada di depan pintu selama satu jam karena ketidakpekaan mereka. Suara adzan berkumandang dengan merdunya, menyeru untuk menunaikan perintah sang pencipta.

"Tante Isti, Delfin, Kita dateng nih!" Teriak Tia sambil sekali lagi menekan bel

"Yo, abis ini lu masuk dulu aja. Udah adzan nih, gue mau sholat dulu. Ya, lu gak sholat?" Andri

"Gue PMS hehehe." jawab Tia malu-malu, Rio sendiri hanya mengangguk. Andri melangkahkan kaki menuju motor dan  menaikinya siap pergi ke masjid terdekat. Motor mereka bertiga parkir di depan rumah karena ukuran halaman yang begitu luas, biar nanti pekerja di sini yang memarkirkan di parkiran. Meski mereka bertiga termasuk anak bandel, tapi perbedaan agama tidak menyinggung mereka untuk berteman dan tetap menjalankan ibadahnya dengan baik, justru ini adalah contoh bagi yang lain agar saling menghormati sesama.

Pintu terbuka, menampilkan lelaki berambut hitam pendek dengan postur tubuh ala anak SMP— Evan. Mempersilahkan Rio dan Tia masuk, masing-masing dari mereka mengusap kepala Evan bergantian dengan gemas.

"Apaan, sih?" protes Evan sambil merapikan rambutnya kembali.

"Tunggu, Kak Andri mana?" tanya Evan dengan wajah heran, mulutnya sedikit terbuka dengan ujung bibir sedikit terangkat miring, dahinya mengerut ringan.

"Lagi sholat, abis ini balik." Rio

Evan berkedip dua kali "Kok kak Tia gak ikut?" Lanjutnya

Rio "..."

Tia "..."

"A– itu gue lagi m– pm– halangan– datang bulan!" jawab Tia terbata.

"PMS" Rio menjelaskan dengan singkat dan padat. Evan mengangguk paham, sedangkan Tia sudah menggaruk belakang kepalanya malu dengan senyum kikuk di bibir plumnya.

"Bilang dong."

"Ye, gini-gini gue cewek, punya malu lah."

"Kirain gak punya." Ucap Rio dengan datar tanpa banyak pikir yang berakhir mendapatkan hadiah jitakan tanpa belas kasih di kepalanya dari Tia.

Di ruang tamu, terlihat Isti yang memperhatikan Eva sedang asyik bertelepon ria dengan seseorang, senyum teduh menempel di bibir merahnya. Pandangannya beralih menatap tamu yang diundangnya.

"Kalian kok baru dateng?"

"Macet di depan pintu, Tante." Jawab Tia, Isti hanya menggelengkan kepala pelan, kemudian melihat dengan heran karena kurangnya seseorang.

"Andrinya mana?"

Tia menjawab "Andri masih sholat, tante. Abis ini balik, kok, maksudnya ke sini bukan pulang." diakhir kalimat, Tia tertawa ringan menampilkan gigi gingsulnya.

"Kalo nanti Andri udah dateng, panggil Tante di kamar, ya, Tante masih ada telpon sekarang."

["Masih kangen!"]

Seruan dari telpon itu mengejutkan penghuni ruang tamu. Isti merona merah, sedangkan Tia sudah senyum aneh dengan alisnya yang bergerak naik turun menggoda wanita 40 tahunan tersebut. Sedangkan Rio, Evan, dan Eva hanya menatap jengah dengan senyum maklum.

"Yeee.... Anaknya gak dikangenin," ujar Eva dengan wajah masam yang membuat semua orang tertawa.

***

"Permisi, Andri masuk nih!" Andri kembali dengan sekantung plastik besar yang entah berisi apa. Memasuki rumah besar itu sudah seperti memasuki rumah sendiri bagi Rio, Tia, dan Andri. Mata lelaki perambut ikal itu melihat di ruang tamu ada dua orang temannya, yaitu Tia yang merebahkan badannya di sofa, serta Rio, Evan, dan Eva duduk di lantai beralas karpet halus bermain game.

MILKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang