Lucas berada di gendongan Angga, bayi kecil itu menyusu dari botol dengan semangatnya. Angga tersenyum memandang betapa penurutnya bayinya yang satu ini, lalu pandangannya berpindah melihat Delfin yang menggendong Gavin.
Delfin menipiskan bibirnya dengan pandangan tajam menatap anaknya "Minum, Nak, minum. Ayah abis ini ada kelas, jadi harus cepat-cepat."
Gavin mencebikkan bibirnya. Dengan rapat dia mengatupkan mulutnya, enggan meminum susu yang Ayahnya berikan, tapi tangannya dengan erat memegang baju Delfin.
"Gavin, kalau begini ayah akan terlambat."
Angga melihat Lucas yang terlihat sudah mengantuk, dia berjalan menuju keranjang bayi dan menidurkannya. Setelah itu, Gavin dia ambil dari gendongan Delfin "Kamu berangkat, biar Gavin sama aku."
"Yah~ naa." Suara rontaan khas bayi membuat Delfin tidak tega "Weekend ini kita jalan-jalan sampai malam, jadi biarin Ayah berangkat dengan tenang."
Tak lama, bayi itu diam, dengan tenang meminum susu yang Angga sodorkan. Delfin dan Angga tidak mengerti, yang memberi nama Gavin adalah Angga, jadi mengapa anak itu begitu menempel pada Delfin. Sedangkan Lucas hanya peduli pada susu, entah siapa yang menggendongnya selama dia diberi susu dia akan menjadi anak baik, dan jujur saja itu sangat mengkhawatirkan.
Satu tahun berlalu dengan kedua pasangan ini yang sibuk dengan aktivitas dan merawat anak kembar mereka. Yah, Angga memang jarang beraktivitas di luar, dia lebih sering di rumah, merawat anak-anaknya dan bereksperimen apa saja. Delfin sendiri sibuk dengan kuliah dan pekerjaan sampingannya. Saat pulang dari kuliahnya, Delfin akan disambut oleh Angga yang menonton televisi dan si kembar yang tidur di stroller babydoes. Bukannya angga tidak kuat, hanya saja menggendong dua bayi di masing-masing satu tangan itu menurut Angga berbahaya.
Delfin menghampiri Angga dan mencium pipinya "Aku pulang, Kak," lalu beralih pada kedua bayinya yang tertidur, ciuman dia layangkan ke kening mereka "Anak-anakku yang tampan, Ayah sudah pulang."
Angga menatap Delfin dengan senyum kecil, berdiri dan menghampiri pasangannya yang sibuk memandang bayi-bayi mungil dalam kereta dorong.
"Mandi dulu atau makan?"
Delfin melihat Angga yang ada di sampingnya "Makan dulu deh. Lagian ini masih jam delapan, Kak."
Rutinitas Delfin menjadi lebih padat. Baik saat ada kelas atau tidak, Delfin tetap bekerja di perusahaan Jimmy. Delfin sendiri yang meminta agar porsi pekerjaannya mirip dengan pekerja reguler meski sering bentrok dengan jadwal kuliahnya, untungnya Jimmy diam-diam melonggarkan waktu untuk ponakannya itu. Selalu pulang jam delapan tepat, jika ada pekerjaan yang terisisa akan lembur hingga jam 1 lebih, setiap minggu selalu menghabiskan waktu dengan keluarga, tak lupa tugas kuliah yang menumpuk membuat kepalanya pusing. Untung porsi pekerjaannya saat ujian kemarin berkurang, jadi dia bisa sedikit bernafas normal.
Sembari menunggu lauk pauk yang dipanaskan, Angga merenung sejenak, mengingat saat mereka bertengkar kecil karena masalah itu. Angga selalu mengkhawatirkan suaminya yang suka memaksakan diri, tapi dia hanya bisa membantu semampunya karena Delfin yang keras kepala berada satu level di bawahnya.
***
Hembusan nafas kasar memenuhi ruang tamu, Delfin melihat buku-buku yang berserakan dengan mata malas. Ruang tamu berubah menjadi ruang belajar untuk saat ini karena meja belajarnya sedang penuh dengan pekerjaan kantor, dia akan menghadapi ujian akhir untuk semester tiga, tapi pekerjaan kantornya banyak yang terlantar.
"Kamu belum tidur?"
Melihat sumber suara, Delfin melihat Angga yang bermata sayu dengan rambutnya berantakan, Lucas berada digendongannya sambil mengedot susu dari botol.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILKY
Novela JuvenilLelaki itu tidak punya rahim, tidak bisa mengandung, tidak bisa menyusui tentu saja. Angga, berusia 27 tahun, entah bagaimana dadanya mengeluarkan cairan laktasi. Bagaimana bisa? Apalagi ini terjadi saat dia seharusnya sudah menikah atau paling tida...