Chapter 34: Sembuh

4.2K 503 47
                                    

Tiga orang siswi berkumpul, dengan teliti salah satunya  membuka lembar majalah yang temannya bawa. "Lu yakin di majalah ini?"

"Yakin. Di rumah selalu ada satu majalah per minggu, jadi gak mungkin gue salah"





Arya mengapit buku besar di ketiaknya. Pengembalian rapot biasanya langsung ke ruang BK oleh siswa, tapi Arya memilih metode ini agar kelasnya lebih terkoordinir dan rapi.

Giliran Delfin, bukannya empunya yang maju melainkan Andri. Alis Arya terangjat ringan "Loh, kok kamu yang maju, Delpinnya mana?"

"Delfin sakit, Pak" Andri agak memajukan kepalanya dan memeberitahu Arya dengan suara pelan mengenai operasi Delfin hari ini. "Ya sudah, semoga dia cepat sembuh"bAndri mengangguk dan kembali ke tempat duduknya.





"Dri!" menoleh saat seorang perempuan menyeru namanya, Andri menjawab panggilan itu dengan gaya sok cool. Tiga orang siswi yang berasal dari kelasnya dengan cepat menghampirinya kemudian menunjukkan sesuatu tepat didepan matanya.

"Ini bokapnya Defin kan?"

Melihat lembaran majalah didepannya, potret pria 40 tahunan yang dia kenal terpampang disana. Gaya cool yang ia berikan tadi segera luntur berubah menjadi ekspresi campur aduk  "Aduh! P-perut gue sakit, g-gue kek mau pingsan. MAKAN!" dengan segera dia berlari meninggalkan tiga siswi yang melongo tidak habis pikir dengan tingkah acak seorang Andri.

Salah seorang dari mereka menjentikkan jari membuat kesadaran yang lainnya kembali. "Kita ikutin Andri and the geng gimana?"





Angga meliburkan diri. Saat ini ruangan Delfin penuh dengan manusia mulai dari keluarganya, keluarga Angga, ketiga temannya, dan bahkan ada pak Arya.

Delfin masih dibantu tabung oksigen untuk bernafas, melihat ruangannya ramai seperti ini ia merasa senang namun juga geli karena ini seperti saat-saat terakhirnya saja.

"Halo, Pak Arya" Memberi senyum cerah seperti biasanya masih berat bagi Delfin saat ini, yang muncul hanya senyum tipis di bibir keringnya

"Hai, bagaimana keadaan kamu, Nak?"

"Sehat, Pak" seisi ruangan itu menatap Delfin aneh, dengan sadar menyanggah langsung ucapannya. Para orang dewasa berbincang-bincang tanpa hidangan peneman semacam teh atau kacang. Sedangkan para orang muda bermain kartu, karena Delfin ikut bermain dia harus rela menjadi meja.

"Yang kalah ngapain?" Tia

"Hmm..... Gimana kalo yang kalah harus push up?"

"Liat keadaan gue kek, lu pikir gue bisa push up?" Dengan lemah Delfin menyanggah masukan Andri saat hukuman itu tak cocok untuknya

"Traktir gimana?" Rio

"Kalo Traktir gue dah biasa" Delfin menatap malas Rio

"Terus apa, Anjir?" Andri menggertakkan giginya kesal. Andri tidak bisa mengunoat dengan keras karena banyak orang dewasa termasuk guru mereka di ruangan ini.

Tia menepuk pundak Andri "Gimana kalo yang kalah jadi babu- eh budak sehari penuh, gantian alias bergilir. Hukumannya dijalanin nanti pas waktu Delfin sembuh"

"gak kebangetan tuh nyebut "Budak" mana digilir lagi" Andri

"Bagus, gue setuju. Dokter bilang dua minggu lagi gue bisa pulang, tapi nanti nunggu keputusan dokter dulu" dengan semangat yang cukup meningkat karena tertarik, Delfin setuju.

"Gak apa, menarik. Kita mainnya pake sistem ronde" Rio tersenyum tipis

"Hukumannya yang lain lah...." kalimat bernada panjang dengan jelas menunjukkan ketidak setujuan Andri.

MILKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang