Bunyi tepukan antar daging memenuhi ruangan, seorang pemuda memaju mundurkan pinggulnya menggenjot lubang pria di bawahnya dengan kejantanannya yang bersemangat. Ciuman yang agresif menimbulkan suara kecipak basah yang menambah panas suasana.
Delfin meraup bibir Angga seolah tak ada hari esok. Bagian dada dari pakaian yang tak cukup menutup dada Angga dia cengkram erat, menyebabkan dada itu terlihat lebih menonjol dan berisi. Melepas pagutannya, bibirnya merambat ke bawah menelusuri pipi, telinga, leher, dan berakhir di dada. Kecupan ringan menyapa puting yang menegang sempurna.
"He hehe" tawa aneh lepas dari bibirnya.
Angga yang sibuk menutup mulutnya agar desahan tak keluar seenaknya tersentak saat dirasakan tubuhnya ditarik duduk "Engh! Akra?!"
Delfin merubah posisi mereka, dia duduk dengan Angga di pangkuannya. Angga menatap pemuda di depannya garang, merasa tidak nyeman dengan posisi mereka.
"Kalau begini 'kan enak?" Wajahnya berhadapan langsung dengan puting Angga yang bengkak.
Delfin menindih Angga, nafas keduanya terengah-engah akibat pergumulan yang penyebabnya sungguh mencengangkan. Delfin memindahkan tubuhnya ke sisi Angga, menutup tubuh mereka dengan selimut, dan memeluk perut pria di sampingnya.
"Kak, bilang sama aku, dapet ide kayak gitu dari mana?"
Angga langsung memalingkan wajahnya. Mendapat tanggapan seperti itu membuat Delfin penasaran, Angga yang tegas, dewasa, dan rasional mendapat ide kotor itu darimana?
Melihat jam menunjuk pukul tiga pagi. Delfin mengubur rasa ingin tahunya dan memejamkan matanya.
Delfin bangun terlebih dahulu, membersihkan pakaian yang tergeletak di mana-mana dan dirinya sendiri. Kemudian memasak nasi goreng sembari menunggu air mendidih untuk membuat kopi. Delfin merenung, menyadari jika semalam dirinya keterlaluan, lagipula siapa yang akan tahan jika orang yang dicinta melakukan service special seperti itu? Karena itu, hari ini dia yang akan melakukan pekerjaan rumah.
Bell berbunyi, membuat Delfin yang mencicipi nasi goreng buatannya hampir tersedak. "Sebentar!" Air mendidih ia matikan, lalu kopi ia seduh, nasi goreng pun sudah siap.
Dari lubang intip, terlihat laki-laki berambut klimis dan mengenakan kacamata. Mengenali siapa yang berkunjung, dia membuka pintu. Terlihat Andra mengenakan jaket tebal dan syal hingga mulutnya tertutup.
"Kamu lama sekali buka pintunya, di luar dingin tahu"
Delfin tertawa kikuk "Maaf, O- Kak, lagi masak" Mulutnya mulai terbiasa memanggil Andra 'Kak' karena suruhan Angga.
Andra meletakkan tas yang dibawanya lalu melepas jaket dan syalnya, pandangannya melihat sekitar dengan mata penasaran "Angga kemana, kenapa kamu yang masak?" Delfin yang kembali dari dapur dengan membawa teh hangat dan cemilan hanya mengedip polos.
"Masih tidur. Sebentar, aku bangunin Kak Angga dulu, Kak" Setelah meletakkan nampan, Delfin cepat-cepat berlari ke kamar.
Di ruangan yang remang, Angga yang telanjang masih tertidur pulas terbungkus selimut. Cahaya matahari melesat masuk saat gorden disibak. Merasakan cahaya matahati menusuk matanya, Angga menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Kak Angga, bangun, ada Kak Andra?"
Erangan enggan membuat Delfin berkacak pinggang. Senyum jahat merekah di bibirnya, Delfin membuka selimut dan menggendong Angga ke kamar mandi, membuat pria itu kaget dan langsung mengalungkan tangannya ke leher pasangannnya. Dengusan bangga lolos dengan sombongnya "Aku sekarang udah kuat, jadi bisa gendong Kak Angga kapan aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
MILKY
Teen FictionLelaki itu tidak punya rahim, tidak bisa mengandung, tidak bisa menyusui tentu saja. Angga, berusia 27 tahun, entah bagaimana dadanya mengeluarkan cairan laktasi. Bagaimana bisa? Apalagi ini terjadi saat dia seharusnya sudah menikah atau paling tida...