Angga yang merasa tidak dibutuhkan memutuskan untuk pulang. Melihat jam menunjuk pukul 05.45 'Kalo pulang malam, Abang pasti nanti nyariin. Palingan sekarang udah siap-siap mau keliling dia tuh.'
Angga berdiri, kakinya siap melangkah berjalan keluar. Namun, tangannya terasa berat, menolehkan kepalanya, dia melihat sebuah tangan yang lebih besar dari tangannya memegang pergelangannya.
"Mau kemana, Pak?"
"Mau pulang, soalnya sudah surup. Kalian juga cepat pulang, lain kali kalau mau main datang lebih siang."
Tiga lainnya mengangguk pelan dengan pandangan sungkan, sedangkan 2 lainnya tidak peduli, dan 1 lagi tetap tidak melepas tangannya. Delfin menatap lama dengan mata berkaca-kaca
'Anak ini mulai!'
"Kenapa? Mau ikut?"
Itu hanya omong kosong, tapi Delfin dengan bahagia dan semangatnya mengangguk. Mengambil jaket dan menarik Angga keluar dari kamarnya.
'Cuma bercanda, Nak! Aku ini belum ngomong apa-apa.' Angga panik. Segera dia menghentikan langkahnya membuat Delfin terpaksa berhenti
"Kenapa, pak?"
"Saya bisa pulang sendiri, kamu gak usah ikut. Kamu jaga saja mereka berlima"
Pemuda yang bisa dipanggil Akra oleh keluarganya itu memiringkan kepalanya. Kemudian memberi tatapan bertanya-tanya pada penghuni kamarnya
"Mereka udah gede, gak perlu dijaga. Pokoknya Pak Angga saya antar, lagian laki-laki itu tidak menarik ucapannya."
'Iya. Mereka udah gede, kamu yang belum. Dan apa-apaan dengan ucapan terakhir kamu itu.'
Dengan erat Delfin menggandeng tangan Angga.
***"Si Anying. PDKT licin amat kek Belut." Tia
"Biasa... F I R S T L O V E. Fers lafh! Nyet, kita ditelantarin" Andri
"Gak dikasih makan atau minum." Rio
Si kembar yang mendengar Rio mengatakan tentang makanan dan minuman tiba-tiba berdiri dengan tegap dan menggerakkan kaki berjalan keluar.
"Kalian mau kemana?" tanya Andri
"Lupa ngasih makanan-" Evan
"-sama minum" Eva
***
Isti yang melihat Anaknya turun sambil menggandeng Angga merasa heran. Menanyakan mau kemana yang ditimpali senyum manis sang anak.
"Angga pamit pulang, Tante. Udah sore, nanti Mama sama Abang nyariin."
"Loh, sebentar banget disini, tapi, ya udah. Salam sama Ibu kamu, jangan lupa kapan-kapan mampir kesini, soalnya udah lama gak ketemu. Kamu sendiri juga sering-sering main ke sini lagi."
Angga mengangguk. Isti beralih bertanya pada Delfin, yang langsung dijawab cepat oleh anaknya itu.
"Nganter Pak- Kak Angga. Besok biar aku yang anter motor kak Angga ke rumahnya, sekarang aku anter orangnya dulu."
Angga menatap Delfin dengan alis mengerut dalam, heran dan kesal. Ini baru satu hari dan dia merasa kerutan di dahinya menjadi jelas dan bertahan lama setelah dia berinteraksi dengan makhluk bernama Delfin ini. Atau dia harus memanggilnya Akra mulai sekarang.
***
Untungnya mereka menggunakan mobil. Hujan deras turun tanpa gerimis cukup mengagetkan bagi pengemudi. Sebelumnya memang mendung, tapi karena sore jadi tidak terlalu terlihat jika hujan deras akan turun tiba-tiba.

KAMU SEDANG MEMBACA
MILKY
Fiksi RemajaLelaki itu tidak punya rahim, tidak bisa mengandung, tidak bisa menyusui tentu saja. Angga, berusia 27 tahun, entah bagaimana dadanya mengeluarkan cairan laktasi. Bagaimana bisa? Apalagi ini terjadi saat dia seharusnya sudah menikah atau paling tida...