Chapter 03: Pulang Bareng Gebetan?

20.3K 1.4K 26
                                    

Delfin memegang dada dan kepalanya, ekspresinya menunjukkan rasa sakit, lalu pingsan. Angga dan Andra dengan panik segera menghampiri Delfin, bahkan Andra lupa jika dia melangkah menaiki meja kerjanya selayaknya film action.

"Dra, ini gimana?!"

"Kok nanya aku, kan kamu yang bawa dia? Pokoknya pindahin ke ranjang dulu." Karena badan Delfin yang tidak terlalu besar dan kurus, keduanya dengan mudah memindahkan remaja itu ke ranjang. Angga menghela nafas lelah "Ini kedua kalinya dia pingsan."

Andra yang memeriksa Delfin menatap Angga bingung "Yang pertama kenapa?"

Angga dengan panik mengibaskan tangannya dan menggelengkan kepalanya berulang kali. Wajahnya panik total.

"Dia mengidap lemah jantung/jantung lemah, karena terlalu kaget tadi, Detak jantungnya terlalu cepat hingga menyebabkan pusing dan akhirnya pingsan. Huft, Lagian siapa yang nggak kaget kalo ngeliat dua cowok dalam posisi aneh kayak tadi." Nada bicaranya yang penuh canda membuat Angga menatap sinis.

"Salahmu! 'Kan aku udah bilang nggak usah!"

"Namanya juga penasaran. Oh iya selagi susu kamu-"/"Bukan susu"/"Diuji, kamu juga harus sering kesini, nanti aku tanyakan pada dokter senior kasus apa yang menimpa kamu. Selain itu, kamu bukan transge-Duh!" pukulan di kepala dan dan tatapan tajam menyerang Andra

Angga panas, mana mau lelaki tulen seperti dirinya dikira transgender, apalagi 'barangnya' tidak sekecil itu kok, ukuran normal "Ngomong dijaga dikit. kita temenan dah lama." Andra senyum kuda dengan tangan masih mengusap kepalanya 'Gak usah mukul kepala, gimana kalo aku tiba-tiba bodoh?!'

Sambil menunggu Delfin bangun, Angga dan Andra mengobrol tentang bagaimana mereka dulu dan sekarang. Jika ada pasien, Andra akan fokus melayani pasiennya. Ranjang di ruangan ini ada 2, satu ranjang biasa tanpa ada alat apapun disampingnya, yang lainnya lengkap dengan alat pemeriksaan kehamilan. Angga dan Andra tidak duduk berhadapan seperti sebelumnya, melainkan duduk di tepi ranjang tempat Delfin berbaring. Karena kebanyakan pasien adalah pasutri, tentu saja, keadaan tidak terlalu canggung saat mereka melihat seorang remaja berbaring di ranjang dengan orang dewasa disampingnya, terlihat seperti kakak yang menjaga adiknya.

...

Dua Jam berlalu dan Delfin tidak menunjukkan tanda-tanda akan siuman.

"Dra, dia beneran nggak apa-apa, 'kan?" Andra mengangguk sambil berkemas. Jam kerjanya sudah habis, Jas dokter diletakkan pada tempatnya, kacamatanya juga dilepas dan dengan jelas menampilkan mata elangnya yang penuh pesona.

"Bawa pulang tuh anak. Sudah mau Ashar nanti kalo dia dicariin orang tuanya gimana? Coba bangunin, siapa tau dia ketiduran." Sesuai saran Andra, Angga mengguncang tubuh Delfin berkali-kali dengan keras, tidak ada lembut-lembutnya! Angga menatap Andra dan menggelengkan kepala pelan.

"Kamu pulang sambil bonceng dia."

"Kamu gila? Aku bawa motor, dikira apa aku sama orang-orang di jalan bawa orang klenger(1) pake motor."

"Ya udah, aku yang antar dia, kamu bisa pulang-"

"Serius?!"

"Ya enggak lah! Kamu yang bawa dia kok aku yang mulangin? Kamu ikut aku antar dia sampe rumahnya, terus nanti balik lagi kesini ngambil motor kamu"

"Kerja dua kali, bikin capek. Males."

Andra gemas dengan tingkah Angga jika sudah begini "Capek darimana? Kan kita naik mobil, bukan naik sepatu. Udah mau Ashar, anak yang kamu bawa itu biasanya ibu gampang parno(2)."

"Tapi dia yang mau ikut, aku-"

"Saya pulang sendiri aja, Bapak sekalian." Andra dan Angga menatap ke asal suara. Di sana Delfin duduk dengan tangan memegang kepala, sepertinya masih pusing.

MILKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang