Chapter 35: Duh

4K 492 56
                                    

Delfin menatap Isti yang mengantarnya sampai kelas yang tentunya mengundang tatapan tertarik siswa-siswi lain, rona tipis terlihat jelas di kulit putihnya.

"jangan lupa obatnya diminum saat makan siang, bekalnya dihabisin dan gak boleh jajan sembarangan, jangan banyak aktifitas di luar kelas dulu, kalau ngerasa ada yang sakit langsung ke UKS atau telpon Bunda. Akra, paham?"

Mengangguk paham penuh senyum dengan sebulir keringat turun di pelipisnya, Delfin menerima bekal yang ibunya sodorkan "Siap, Bunda. Abis minum obat aku bakal istirahat kok"

"Ya sudah, Bunda pulang sekarang soalnya Ayah udah nunggu. Oh nanti Bunda sama Ayah ada acara di luar kota, jadi jangan pulang terlambat. Kalian bertiga tolong jaga Akra ya" Tiga orang di samping Delfin mengiyakan dengan mantap. Dengan senyum lebar Delfin membalas lambaian tangan ibunya yang berjalan menjauh "Hati-hati, Bunda"

Melihat ibunya sudah tidak ada dipandangan, tatapan Delfin beralih ke sekitar yang masih sibuk menatapnya "Apa liat-liat? Pertama kali liat orang ganteng?"

"Jangan gitu lu, banyak anak baru sekarang" Andri mengambil bekal Akra dan membawanya masuk, di susul Delfin, Rio, dan Tia. Pukul 6.15 tentu saja sekolah masih sepi, yang datang hanya guru, pegawai sekolah, siswa terlalu rajin, atau siswa baru.

Delfin yang sekarang kelas tiga ingin terlihat keren sedikit dan menjadi banyak rajinnya, karena tinggal satu tahun lagi dia akan lulus dan menempuh jalan yang berbeda.

Kelas hanya berisi mereka berempat, Rio membaca komik ditemani jus alpukat buatannya sendiri. Dirinya merasa suhu kelas ini bertambah, mata malasnya manatap pintu melihat segerombol siswi yang wajahnya baru dia lihat "Kayaknya kita bakal dapet follower banyak?"

"Hah?" mengikuti arah pandang Rio, Delfin menangkap banyak siswi berkumpul di depan kelasnya "Bukan kita, lu aja kali"

Keasyikan bermain ular tangga dengan Andri dan Tia, Delfin tidak sadar jika seseorang tengah berdiri didepannya sampai siswi itu memanggilnya "Hai, Kak"

"Iya, Dek?" Andri menyahut. Delfin mengangguk dan memberi senyum sapa, remaja itu membuka ponsel mulai menarikan jempolnya pada benda persegi panjang itu.

"Maaf, Kak, aku manggil Kakak yang satunya" nada gugup terdengar samar, mungkin karena sasarannya salah

"Iya, Dek?" Suara perempuan menyahut sapaan siswi tersebut sebelumnya

"Kakak satunya, Kak" pun bukan Tia

Lama menunggu sahutan lainnya, suara dehaman membuat siswi itu melihat Rio "Maaf, Kak, bukan Kakak"

Menghela nafas sepelan mungkin, Delfin memasukkan gawainya dan menatap siswi tersebut dengan senyum ramah "Iya, Dek, ada apa? Ada perlu sama Kakak? Kakak tadi udah nanggepin loh diawal"

Siswi tersebut menunduk malu. Namun saat melihat respons yang diberikan Delfin, siswi itu terlihat senang. Memainkan jari-jarinya sebagai pelampias rasa gugup, siswi itu membuka suara "B-boleh kenalan, Kak?" Melihat jika wajah Delfin yang ramah berubah cerah, membuat siswi itu ikut berekspresi cerah penuh harap.

"Gak boleh. Kakak udah ada yang punya"

Semua menatap Delfin kecuali tiga temannya.

Rio mengganti mengganti jus dengan roti isi, matanya menatap siswi yang berdiri terpaku di depan meja "Maaf, Dek, dia gitu orangnya, suka becanda"

"Kalau mau kenalan silahkan" ujar Tia sambil menjalankan bidaknya. dia memberi senyum kecil pada siswi itu. Siswi itu mengangguk dan memperkenalkan dirinya.

"Nama gue Delfin. Maafin yang tadi ya, Dek, tapi beneran Kakak udah ada yang punya"





Terbaring menatap kosong langit-langit putih, Delfin berada di UKS yang sudah seperti kamarnya sendiri sejak dia sekolah di sini.

MILKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang