"Haah..."
Angga tidak percaya dia akan menggunakan pakaian paling nyaman di dunia (menurut ibu-ibu) yang bernama daster. Itu adalah kiriman dari ibunya dan mertuanya. Sebenarnya Angga malu karena dia laki-laki harus memakai daster, tapi setelah beberapa waktu dia mulai nyaman dengan pakaian itu. Sialan.
Perut besar membuatnya sulit beraktivitas, ingin duduk atau bangkit akan membutuhkan tenaga ekstra. Delfin sendiri kuliah dari pagi sampai siang, karena itu dia harus ekstra hati-hati, meski Sarah kadang berkunjung membantunya namun Angga tetap ingin melakukan semuanya sendiri.
Angga akhir-akhir ini juga merasa menginginkan sesuatu 'Hm, nanti saja deh, bilang sama Akra.'
***
"Aku pulang."
Suara bernada panjang memasuki pendengaran Angga yang bersantai menonton televisi.
"Selamat datang."
Seorang remaja dengan lesu menghampirinya, mendudukkan diri disampingnya dengan kepala menyandar ke sandaran.
"Gimana quiznya?"
"Cukup susah, beberapa materi di buku gak ada."
"Hm, namanya juga quiz. Mau dibikinin apa?"
Delfin memeluk Angga dari samping "Gak usah, Kak, diam gini aja."
Tidak ada perbincangan, Angga kembali fokus menonton televisi dan Delfin memeluknya dari samping.
"Uh, Akra."
Panggilan Angga membuat Delfin melirik laki-laki itu
"Hn."
"Aku rasa– aku ingin sesuatu."
"Eh? Tunggu," jarinya dia hitung sembari mengingat-ingat usia kandungan Angga "Kalo gak salah udah delapan bulan lebih 'kan, Kak?"
Angga mengangguk.
"Eh... Apa Kak Angga masuk masa ngidam?"
Angga mengendikkan bahu "Gak tau. Aku pingin sesuatu tapi gak tau apa."
"Pingin yang kayak gimana?"
"Asam, manis, pedas. Pokoknya gitulah."
Dalam hatinya Delfin membenarkan jika ist –suaminya itu sedang mengidam. Delfin memikirkan makanan yang memiliki perpaduan antara tiga rasa tersebut, tapi otaknya lelah karena quiz sebelumnya.
***
Saat Angga di kamar mandi Delfin menghubungi ibu dan mertuanya, berkonsultasi tentang keinginan Angga.
"Jadi gimana, Ma?"
["Angga ingin makan rujak manis. Kamu bisa buat kok."]
Isti menyahut ["Iya, biasanya orang hamil itu suka masakan suami."]
"Masa? Tapi kemarin-kemarinnya aku bikin nasi goreng malah dimuntahin."
["..."]
["..."]
Tidak ada tanggapan membuat Delfin merasa tak nyaman. Keahlian memasaknya memang di bawah standar, tapi masih layak konsumsi.
["Pokoknya bikinin dulu. Oh ya, Mama sama Bunda kamu mau ke sana kapan-kapan. Katanya."]
"Iya." Telpon diakhiri.
Delfin duduk dengan laptop di pangkuannya, pandangannya fokus pada pekerjaan yang terpapar di monitor. Angga keluar dari kamar mandi sambil memegang pinggangnya, rasanya pegal.
"Ngapain?"
Dia bertanya saat melihat Delfin begitu serius mengetik sesuatu, membaringkan dirinya sembari melihat pekerjaan suaminya membuat Angga lebih nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILKY
Fiksi RemajaLelaki itu tidak punya rahim, tidak bisa mengandung, tidak bisa menyusui tentu saja. Angga, berusia 27 tahun, entah bagaimana dadanya mengeluarkan cairan laktasi. Bagaimana bisa? Apalagi ini terjadi saat dia seharusnya sudah menikah atau paling tida...