Alarm berbunyi di sebuah kamar yang sebwlumnya sunyi, seorang manusia berekspresi datar mematikan alarm dengan kasar. Angga menatap laki-laki di sampingnya, seorang remaja memeluk dirinya dan terlihat sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dering jam.
"Akra, bangun!"
Angga mengernyit saat hendak mendudukkan diri karena rasa sakit di bokongnya. Melihat ke belakang, Angga menatap tajam pemuda yang tidur seperti mayat.
Dengan bengis Angga memukul Delfin menggunakan bantal "Bangun, Akra! Bangun!"
"Iya, Kak, ini bangun kok. Bangun, udah bangun! Ini bangun," panik memenuhi wajah Delfin, dia menahan pukulan Angga dengan wajah melas "Maaf, Kak. Mau aku gendong?"
"Udah dibilang gak usah macem-macem, badan kamu kecil."
"Kalo dari sini ke kamar mandi kuat kok." Wajah meyakinkan Delfin terlihat mencurigakan di mata Angga. Dia menggeleng ringan, tangannya memegang pantatnya yang masih terasa nyeri "Dibopong aja, lagian kamu pasti juga capek."
Mata Delfin berkedut, kembali melihat perbandingan tubuhnya dengan tubuh Angga sungguh menamparnya hingga kembali ke kenyataan. Dalam hati Delfin bertekad akan berolahraga sampai dia bisa mengangkat beban 200 Kg!
Di kamar mandi Delfin dengan telaten menggosok kepala Angga yang berbusa. Di bathup, Angga bermain dengan busa sabun, dia tidak tau rasanya berendam air sabun atau jenis berendam yang lain karena di rumahnya tidak ada bathup.
"Akra!"
"Iya, Kak."
"Kamu bisa masak?"
Terjadi jeda sejenak sebelum Delfin menggelengkan kepalanya lemah "Gak bisa, Kak, tapi kalo masak air, mie, goreng telur, atau bikin nasi goreng aku bisa."
"Oowh..."
"Kenapa, Kak?"
"Gak kenapa-kenapa, cuma penasaran saja."
Mendengar Angga penasaran pada dirinya, hati Delfin semriwing. Obrolan mereka berlanjut, saling melempar pertanyaan dan jawaban. Sebenarnya Delfin sendiri belum terbiasa dengan Angga yang tidak berbicara formal atau semi formal, tapi otaknya mengatakan bahwa dia akan segera terbiasa. Delfin juga merasa skinship antara dia dan Angga belum terlalu intim, yah, remaja baru lulus sekolah sepertinya tidak tau harus berbuat apa agar terlihat lebih intim dengan pasangannya.
Beberapa hari berlalu dan rutinitas mereka tidak banyak berubah, bangun pagi, mandi, sarapan, setelah itu menghabiskan waktu dengan jalan-jalan atau kegiatan hiburan di rumah, kadang mereka juga berkunjung ke rumah Jimmy. Evan dan Eva juga ikut pindah ke rumah pamannya, jadi Delfin bisa bermain dengan adik-adiknya atau mereka yang bermain ke apatemennya. Delfin sering ke Gym, mengatakan dia akan membangun otot hingga bisa menggendong Angga berjam-jam.
Angga belum bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya, bahasa inggrisnya bagus namun dia ada di Perancis, bukan Inggris atau Amerika, orang-orang berbicara dengan aksen khas yang sulit untuk dia pahami. Untungnya Delfin paham, ya...anak orang kaya memang berbeda.
Saat ini, Angga sedang memasak dan Delfin membantunya mencuci piring serta peralatan dapur yang telah dia gunakan. Laki-laki berkulit tan itu mencicipi sayur lodeh buatannya, lalu memanggil Delfin "Hmm, Akra kesini"
"Tunggu, Kak, tinggal sedikit" Delfin menunjukkan piring di tangannya penuh busa.
"Sebentar"
Delfin menaruh piringnya dan mendekati Angga, dia melihat pria itu meniup kuah panas di sendok dengan hati-hati. Delfin tersenyum kecil "Kalo Kak Angga yang masak, aku gak akan ragu"
KAMU SEDANG MEMBACA
MILKY
Novela JuvenilLelaki itu tidak punya rahim, tidak bisa mengandung, tidak bisa menyusui tentu saja. Angga, berusia 27 tahun, entah bagaimana dadanya mengeluarkan cairan laktasi. Bagaimana bisa? Apalagi ini terjadi saat dia seharusnya sudah menikah atau paling tida...