Andri memasuki UKS, disusul Rio dan Tia dibelakangnya.
Iya, mereka bertiga yang masuk ke UKS secara diam-diam. Wajah Andri yang selalu menunjukkan ekspresi cerah, kini ekspresi berbinar itu menyilaukan mata.
"Delfin! Kantin yuk~" Ajak Andri dengan suara ceria.
"Kantin, kantin. Ini gue baru bangun dari pingsan, Anying. Langsung diajak ke kantin aja." Yang diajak sewot
"Acting lu keren, sesuai rencana tadi malem. Seneng nih dipegang-pegang sama pak Angga." Tia menggoda yang Rio tanggapi dengan mengangguk setuju.
"Ho'oh, bisa merem lama gitu. Lu tidur ya?" Andri menambahkan.
"Sumpah daritadi gue nahan tawa" Rio pun demikian. Namun wajahnya tidak menunjukkan dia akan tertawa, tersenyum saja tidak.
Delfin menatap ketiga temannya dengan ekspresi datar "Kalian ngira gue pingsan boongan?!" Tanyanya tak percaya.
Rio menatap Delfin sama datarnya "Kan emang lu pingsan boongan." Tia dan Andri mengangguk setuju. Delfin menatap mereka tak percaya sekaligus ingin memukul mereka satu per satu.
"Goblok, gue pingsan beneran, Anjing! Kalian gak liat kalo muka gue tadi dah kek mayat!" Amarah dia tahan sebisa mungkin agar suaranya tidak terdengar sampai keluar.
Tiga remaja yang baru saja mendengar ucapan Delfin melongo.
"Gak usah lama-lama kagetnya." Delfin menyadarkan mereka.
"Kok lu pingsan beneran?!" Tanya mereka bersamaan.
Rio "Bukannya tadi malem rencananya lu pura-pura pingsan doang?"
Tia mengangguk "Iya! Eh, Pas pingsan tadi pagi kita bertiga gak ada. Pingsan kenapa lu?!"
Andri "Yang bawa lu ke UKS siapa? Lu sih, dateng duluan, siangan dikit kek." sambil protes
"Congor lu, Andri, pingin banget gue sentil. Sumpah." Delfin frustrasi dengan tingkah Andri yang sukanya bicara tanpa melihat situasi.
"Au ah, banti aja ceritanya. Kalian duluan aja ke kantin, nanti gue nyusul. Bunda sama pak Angga cuma ke kamar mandi sebentar, jangan sampe mereka denger."
Mereka bertiga mengangguk. Kemudian pergi, Andri berhenti dan berbalik sejenak "Fin, duit?"
Delfin tak percaya ini "Nanti kalo udah jamnya istirahat! Masih jam 9.30 juga"
Andri mengangguk dengan senyum jenaka, lalu melangkah keluar UKS dengan aura bahagia.
"Punya temen gini amat, Tuhan."
***
Isti memasuki UKS, fia sendirian karena Angga harus kembali bekerja.
Melihat anaknya duduk di ranjang sambil menatap lantai, Isti mempercepat langkah kakinya "Nak, kamu kapan bangun?" Dua mendudukkan dirinya disamping Delfin, memeriksa anaknya dengan menyentuh dahi, pipi, napas, dan dadanya.
"Masih pusing? ada yang sakit atau dada kamu rasanya masih sesak? Udah minum obat yang tadi ada di meja? Oh, Bunda panggil dokter ya?" Tanyanya cepat dalam satu tarikan napas.
"Gak apa-apa, Bun, Akra baik-baik aja kok. Udah gak terlalu sakit lagi, nafas Akra juga udah lancar, obatnya udah Akra minum. Gak usah, Bun, Akra beneran udah baikan."
Isti menghela nafas lega "Kamu tadi kenapa bisa pingsan? Apa karena makan nasi goreng sama kerupuk tadi, lemak sama minyaknya nyangkut di dada?"
"Bukan, Bun! Mana bisa makanan nyangkut di dada." bantah Akra.
Mana mau dia ganti menu makan, nanti tidak bisa makan nasi goreng buatan Bundanya lagi bagaimana? Sudah cukup dia makan daun-daunan dan sedikit daging. Ditambah obat-obatan yang yang dulu rajin sekali ia konsumsi hingga hampir lupa rasanya makanan enak itu bagaimana.
![](https://img.wattpad.com/cover/215937403-288-k32266.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MILKY
Novela JuvenilLelaki itu tidak punya rahim, tidak bisa mengandung, tidak bisa menyusui tentu saja. Angga, berusia 27 tahun, entah bagaimana dadanya mengeluarkan cairan laktasi. Bagaimana bisa? Apalagi ini terjadi saat dia seharusnya sudah menikah atau paling tida...