chapter 29: Jum'at Bersih

5.3K 546 59
                                    

Angga membuka mata perlahan, lalu mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya.

Matanya yang tak fokus menatap teliti wajah dengan mata terpejam erat berhias bulu mata lentik dan dua tahilalat di bawahnya, alis lebat yang terhalang poni panjang, hidung bangir yang ujungnya kemerahan, bibir atas tipis dan tebal di bawah.

Tidak peduli apa yang baru saja dia lihat, Angga kembali terpejam dengan alis tertaut, dia masih terlalu mengantuk untuk mengenali objek di depannya, apalagi dengan kehangatan yang menyelimutinya.

Hangat?

Dengan cepat Angga membuka mata saat sadar jika dirinya sekarang harusnya sendirian di kamarnya. Melihat kembali wajah di depannya yang begitu dekat membuat Angga segera bergerak melepaskan diri, tapi rengkuhan di pinggangnya mengerat enggan melepaskan dirinya.

Erangan halus nan serak lepas, wajah yang tenang kini menampilkan kerutan diantara dahi Delfin. Angga menghela nafas karena perasaan tak tega menggandoli hatinya. Bergerak sepelan mungkin agar tidak menimbulkan gangguan, Angga meraih ponselnya di nakas agar bisa menghubungi ibu dan kakaknya.

"Jam sembilan?" monolognya pelan. Dalam hati dia merutuk kenapa dia bisa jatuh tertidur padahal hanya ingin menemani Delfin.

***

"Kak Angga, udah mau pulang?"

Angga mengangguk sembari membersihkan kulit buah yang berserakan di nakas, sungguh mengganggu mata pecinta kebersihan seperti dirinya. Tarikan ringan pada bajunya menghentikan kegiatan Angga, ujung bajunya digenggam erat oleh tangan putih nan besar.

"Temenin, Kak."

Bagi Angga Delfin yang sekarang tidak cocok menggunakan nada imut dengan wajah memelas. Suara basah khas remaja tanggung dan proporsi wajah yang lebih maskulin membuat Delfin kehilangan sisi manisnya.

Sungguh Angga akan kekurangan kebahagiaan jika berada di dekat Delfin karena seringnya dia menghela nafas "Akra, kamu umur berapa sampai harus saya temani? Tidak malu sama jakun kamu?"

Namun bukan berarti dia benci ada di sisi Delfin.

"Kenapa harus malu sama jakun? Lagian umurku masih 17 tahun 'kok, babyface pula"

Formalitas diantara kedua sedikit demi sedikit meghilang, Angga mulai suka mendengar banyak hal dari Delfin walau dia tidak mau mengakuinya. Selesai membersihkan sampah yang berserakan, Angga duduk di sebelah Delfin. Namun Delfin menarik dirinya naik ke ranjang hingga Angga terbaring di sebelah remaja itu.

"Hei?!" Angga protes atas tindakan Delfin yang tidak sopan kepada orang dewasa apalagi dia masih menyandang status sebagai gurunya.

Delfin dengan tenang mengambil ponselnya "Aku gak mau Kak Angga capek nemenin aku sambil duduk," menatap Angga tepat di mata dengan senyum jenaka "Kalau sambil tiduran gini 'kan enak."

Menahan diri untuk tidak menghela nafas, Angga balas tersenyum paksa.

***

Pukul tujuh dan mata Angga sudah tak kuasa terbuka akibat lamanya dia berbaring di ranjang empuk nan sejuk. Delfin yang bermain game tidak sadar jika Angga jatuh tertidur.

Sepuluh menit berlalu dan Delfin malas bermain game karena dia selalu kalah, satu-satunya game yang selalu dia menangkan adalah monopoli dan judi online.

Melihat ke sampingnya di mana Angga tertidur. Delfin melambai di depan wajah Angga, memastikan jika laki-laki itu tertidur lelap.

Yakin jika Angga sudah lelap Delfin beranjak dari ranjang, pergi menutup pintu dan membenarkan posisi Angga. Setelah itu ia berbaring menyelimuti tubuh mereka dan memeluk pria dewasa itu erat.

MILKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang