Budayakan vote sebelum membaca
***
Dasar gadis miskin, lebih baik kau jual saja tubuhmu yang kurus kering itu ke pria hidung belang.
Makian itu yang ia selalu dapatkan, kata makian yang selalu orang-orang lontarkan kepadanya. Keringat demi keringat ia teteskan hanya untuk beberapa lembar recehan yang tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, masih ia rasakan sampai saat ini.
Allura Adams , Seorang gadis cantik berambut brunette dengan mata biru lautnya yang sangat indah itu dengan lemah mengusap dahinya yang penuh keringat. Deru napasnya berpacu dengan bunyi mesin jahit yang menggema di ruangan berdebu "Ayolah, kau pasti bisa segera menyelesaikannya" ucapnya pada dirinya sendiri.
Ia menghentikan pekerjaannya dengan sejenak, kepalanya menoleh kearah kanan dan menatap jam dinding yang menunjukan pukul 1 tengah malam, ia menghela napasnya panjang "Aku harus menyelesaikannya sebelum pagi menjelang".
Tangan mungilnya terus memutar roda benang pada mesin jahitnya, kaki jenjangnya terus ia gerakkan, berharap pekerjaannya segera selesai. Allura mengerjakan semuanya beriringan dengan dentingan jarum jam yang terus bergerak menuju pukul 3 pagi hingga pergerakannya terhenti dan terlihat senyuman manis yang terlukis di bibirnya "Akhirnya selesai juga pekerjaan hari ini".
Gadis cantik itu merapikan ikatan pada rambut panjangnya dan melipat baju hasil jahitannya, namun pandangannya teralihkan saat ia mendengar langkah kaki menuju kearahnya "Al, kamu belum tidur sayang?" ucap wanita paruh baya sampil mengusap rambut anaknya.
Ia menggeleng dan tersenyum manis kearah wanita paruh baya itu "Belum, bu. Al baru saja menyelesaikan pekerjaan hari ini. Nanti uangnya untuk beli obat ibu yang habis".
Wanita yang ia panggil ibu itu menggeleng pelan sambil mengusap bahu Allura dengan lembut "Ibu sudah sembuh Al, tidak perlu beli obat lagi".
Ia meraih tangan ibunya dan menggenggamnya dengan erat "Semua yang Al lakukan itu untuk ibu, sekarang ibu kembali tidur ya bu, ibu harus istirahat yang banyak".
Ibunya mengangguk pelan lalu kembali menuju kamarnya yang berada tepat di depan kamarnya, Allura menatap kepergian ibunya dengan sedih. Ia tahu ibunya tidak ingin dibelikan obat karena kasihan melihatnya terus-terusan bekerja keras setiap hari. Tapi itu sudah bagian dari tanggung jawabnya terhadap seorang ibu yang telah menjaga membesarkannya sampai saat ini, apa yang Allura lakukan adalah bentuk terima kasihnya terhadap seorang wanita yang telah menyayanginya layaknya anak kandungnya sendiri.
Ia menutup pintu kamarnya dan mematikan lampunya, ia membaringkan tubuhnya diatas kasur keras dan lapuk yang terbalut alas kasur yang bolong-bolong ia tertidur dengan pulas, menurutnya tidur adalah salah satu cara melupakan masalah kehidupannya yang suram.
***
Pagi menjelang, Allura membuka matanya dan beranjak dari kasurnya. Ia membuka gorden kamarnya yang sudah sangat berdebu untuk membiarkan sinar matahari masuk ke kamarnya lalu pergi untuk menyiapkan sarapan untuk ibunya.
Tangan cantiknya yang berbalut sarung tangan memegang gagang wajan dan dengan lihai mengangkat telur mata sapi yang ia masak dan meletakkannya diatas piring, Ia mematikan kompornya dan menyiapkan nasi dan kecap diatas meja "Kau sudah masak Al?" tanya ibunya yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya.
Ia membalik badannya dan menuntun ibunya untuk duduk, ia menaruh telur yang sudah ia buat tadi ke piring ibunya dan tidak lupa ia menambahkan beberapa potong kentang diatasnya "Sudah bu, sekarang ibu makan yah" ucapnya yang hanya dibalas anggukan oleh ibunya.
Ia menatap wajah cantik ibunya dengan senyuman manis "Kalau ibu butuh sesuatu, ibu bilang aja yah ke Al, nanti akan Al usahakan untuk memberikannya".
Ibunya membalas tatapannya "Al, ibu tidak butuh apa-apa kok. Asal kamu tetap bersama ibu"
Ia hanya menganggukan kepalanya sebagai tanda mengerti akan ucapan ibunya, ia meraih sebuah gelas dan menuangkan air kedalamnya lalu menyodorkan gelas itu ke ibunya setelah itu ia berdiri dan melepaskan celmek yang ia kenakan "Al izin ke kota ya bu, aku harus mengantarkan pesanan jahitan semalam".
Ibunya menatap Al dengan sedih "Baiklah, tapi kamu harus berjanji akan tetap berhati-hati disana"
Ia menganggukkan kepalanya dengan semangat dan segera memeluk ibunya " Al janji kalau Al akan selalu berhati-hati disana".
Ibunya hanya mengelus pundaknya "Kamu akan pergi jam berapa?".
Allura melepaskan pelukannya "Jam 10 bu, aku bersiap-siap dulu ya bu".
Ia berjalan meninggalkan meja makan dan kembali kedalam kamarnya. Ia mengambil tas besar dan mulai memasukkan baju hasil jahitannya kedalam tas itu. Lalu ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari keringat. Setelah beberapa menit membersihkan diri, ia keluar kamar dengan baju berwarna hijau dan celana jeans, tidak lupa ia mengepang rambutnya dan menambahkan topi sebagai aksesoris.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerald's Affair [ON GOING]
RomanceSeorang wanita miskin berhasil meluluhkan hati Sang Tuan yang sangat mencintai istrinya. Bermodalkan wajah cantik serta mata biru lautnya, cinta tumbuh diantara seorang Tuan dan pelayan. Allura Adams, wanita cantik ini berhasil merebut hati Sang Tua...