Mobil Gerald berhenti tepat didepan rumah Allura, tempat pertama kali Gerald meminta Allura untuk menikahinya. Hatinya berdegup kencang menatap rumah itu. Rumah itu terlihat berbeda, catnya terlihat lebih kusam dan tanaman lebih banyak tertanam disana. Dia keluar dari mobilnya, Gerald menatap bingung rumah itu. Gelap, lampu luarnya tak dihidupkan. Dia mulai berjalan kedepan pintu utama, menghela napas karena kegugupannya bertambah. Dia mulai mengetuk pintu tersebut.
"Permisi."
"Allura?" panggilnya.
"Al, kau ada didalam?" tanya-nya sambil terus mengetuk pintu. Dia menghela napas pasrah saat tak ada yang membuka pintunya, dia mengintip ke celah untuk memasukan kunci. Gelap. Dan dia menuju ke jendela, mengintip, pandangannya dihalangi oleh tirai tapi dia tau disana juga gelap. Dia menghela napasnya, tak menyerah sambil mengetuk kembali pintunya.
"Allu-"
"Berhentilah, anak muda. Pemiliknya sudah menjual rumah itu, dia baru saja pergi tadi pagi," Gerald menoleh kesamping dan alisnya mengerut pertanda dia bingung.
"Maksudmu?"
Wanita berumur sekitar 60 tahun itu menghela napas dan mendekat kepada tembok rendah perantara rumah, "Adams telah meninggalkan rumah itu, dia telah menjualnya kepada seseorang dan pembelinya, akan menempati rumah itu besok. Adams baru saja pergi tadi pagi." Gerald mengerutkan dahinya. Adams? Batinnya bertanya.
Kepalanya berdenting seolah-olah ada lampu bohlam yang menyala. Oh, itukan nama akhir Allura!
"Adams, maksudmu Allura?" tanya Gerald
membuat nenek-nenek itu mengangguk.
"Ah ya, gadis itu baru saja pergi. Dan aku merasa iba kepadanya, dia sedang hamil besar tapi suaminya entah kemana""Pergi? kemana?"
"Dia bilang, dia membutuhkan biaya untuk persalinannya, jadi dia menjual rumahnya dan dia berencana akan pindah ke suatu kota tapi aku lupa, tapi sepertinya Los angeles...um bukan bukan Las Vegas! tapi sepertinya bukan...mungkin Los Santos?".
Gerald menghela napas panjang, " Los Santos itu hanya nama sebuah kota di dalam game".
"Ahh begitu ya, aku sudah tua jadi mudah melupakan hal-hal yang baru ku dengar, Tadi dia hanya berpamitan dan memberiku lima kotak kue kering, kau mau? Dia memberiku terlalu banyak, aku bisa membagi satu kotak padamu," tanpa dijawab, Nenek itu sudah masuk kedalam rumahnya dan dia keluar membawa kotak berisi kue kering berwarna hijau.
"Untukmu," ujar Nenek itu dan Gerald menerimanya dengan ragu. "Allura membuatnya untukku sebelum dia
pergi. Kau tau, kue kering jualannya dan Ibu-nya adalah hal terbaik pada hari Natal di rumah ku." Gerald mengangguk, tujuannya kesini bukanlah untuk membicarakan tentang kue kering dan natal, "baiklah,
terima kasih. Kau benar-benar tak tahu dimana Allura?""Tidak. Dia hanya bilang dia akan menyewa rumah kecil. Dia benar-benar membutuhkan biaya untuk persalinannya," ujar Nenek itu.
"Baiklah, terima kasih untuk waktumu dan kuenya. Selamat malam," ujar Gerald dan Nenek tadi mengangguk.
"Berkunjunglah kapan-kapan!" jerit Nenek itu dan Gerald mengacungkan jari jempolnya. "Untuk apa juga aku mengunjungi rumah itu jika Allura tidak ada", batinnya.
Dia memasuki mobilnya dan menaruh kue itu di kursi penumpang di sebelahnya, lalu mulai mengendarai mobilnya. Dia menghela napas saat perutnya mengeluarkan bunyi-bunyi, dia memang belum makan malam membuat cacing diperutnya berdemo. Dia membuka kotak kue kering Allura untuk mengganjal perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerald's Affair [ON GOING]
RomanceSeorang wanita miskin berhasil meluluhkan hati Sang Tuan yang sangat mencintai istrinya. Bermodalkan wajah cantik serta mata biru lautnya, cinta tumbuh diantara seorang Tuan dan pelayan. Allura Adams, wanita cantik ini berhasil merebut hati Sang Tua...