Gerald's Affair- Do you believe in Karma?

6.2K 234 5
                                    

Happy reading..

***

Allura's POV

"Aku akan tidur bersama Celine malam ini" Kata-kata itu terus berputar dibenakku yang sedang termenung dikamar seorang diri. Aku mencoba menahan tangis yang sudah ingin keluar dengan sekuat tenaga. Namun gagal.

"Tuhan, apakah memang aku harus pergi? apakah itu yang terbaik?" ucapku dengan pelan namun lirih.

"Terima kasih, karena kau akan mencoba menerima anak ini, I love love love you so much," hatiku remuk mendengar suara Celine yang sangat lantang dari ruangan sebelah. Aku yakin seratus persen kalau dia sengaja melantangkan suaranya agar aku mendengarnya.

Aku yang baru saja kehilangan seorang anak dan mendengar kata-kata itu membuatku ingin meloncatkan diri dari lantai sepuluh. Benar-benar sakit.

"Aku juga mencintaimu, aku akhirnya akan memiliki anak yang selalu aku tunggu sejak awal kita menikah" ujar Gerald yang sayup-sayup masih bisa kudengar.

Aku meringkuk diujung ruangan, aku merasakan Deja Vu. Suasana ini, suasana yang pernah aku rasakan sebelumnya. Ya, ini seperti.... saat kandungan ku berusia satu bulan, tepat saat dua bulan yang lalu, dimana saat perlakuan Celine benar-benar jahat padaku dan kejadian ini kembali kurasakan, tapi kali ini terasa lebih... sesak dan sakit. Celine hamil. Aku kehilangan salah satu dari anakku. Apakah ini semua karma karena aku telah merebut kebahagiaan wanita lain?

"Terima kasih, Cel. Kau telah menyadarkanku untuk menerima kehadiran anak ini, aku harap anak ini benar-benar anakku" ujar Gerald lagi.

"Sudah tugasku, G. Aku kan istrimu. Aku yakin ini anakmu karena aku tidak pernah tidur dengan pria lain".

Demi tuhan aku tidak pernah merasakan sesakit ini.

***

Sejujurnya, semenjak Gerald bersikap cuek padaku, Celine juga menjadi jarang menggangguku. Tidak seperti saat dulu. Entahlah, aku harus bersedih atau tidak. Disuatu sisi, aku senang Celine mulai cuek padaku dan tidak selalu mengomentariku. Disisi lainnya, aku harus sedih karena aku telah kehilangan bayiku dan perhatian dari Gerald. Tapi, aku lebih baik setiap hari mendengar caciannya daripada harus kehilangan bayi dan Gerald.

Aku lebih baik menahan itu, karena sejujurnya kehilangan orang-orang yang disayang lebih sakit daripada mendengar makian dari orang semacam Celine.

"G, aku ingin Pasta," astaga, mendengar Celine bermanja-manja pada Gerald membuat Hatiku nyeri sampai keujung jariku.

"Beli atau---"

"Kau masakkan, G. Aku rindu masakanmu, kau lupa kalau kau dulu selalu membawakanku masakanmu?," ujar Celine membuatku meremas dadaku yang sangat
nyeri.

"Baiklah, tunggu sebentar." mendengar derap kaki mereka, aku segera menyelesaikan minum-ku dan hendak berlenggang dari dapur ini menuju Kamarku. Tapi sayangnya aku kalah cepat, mereka sedang bergandengan tangan menuju Dapur ini dengan tertawa
bahagia. Apalagi Gerald, senyuman itu sangat kurindukan karena dia tidak pernah mengeluarkannya setelah aku kehilangan anakku.

Aku menunduk, benar-benar serasa seperti dulu saat aku masih bekerja dirumah ini. Aku merasa posisiku kembali seperti dulu, hanya seorang pelayan. Gerald hanya berjalan melewatiku bersama Celine dan
mereka benar-benar seperti tak melihat kehadiranku disini. Aku menunduk lemah, berusaha menahan isak tangisku, lalu aku berjalan menuju kelantai dua. Aku benar-benar kesepian tapi aku tak bisa marah atas perubahan sikap Gerald akhir-akhir ini, bagaimana pun juga ini karenaku juga karena aku membuatnya kecewa, Aku belum bisa menjadi ibu dan istri yang baik.

Gerald's Affair [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang