Budayakan vote sebelum membaca
***
Sinar mentari mengusik kenyamanan seorang wanita yang sedang tertidur pulas. Ia bangkit dan berdiri menatap jam yang tertempel di dinding dan terkejut saat jarum pendek mejuntukkan pukul 9 pagi. Dengan segera ia berjalan untuk membersihkan tubuhnya.
"Ahhh" Erangnya ketika merasakan perih di area kewanitaannya namun tetap berjalan walaupun harus dengan tertatih.
"Kau terlambat, apa kau sadar kalau kau seorang pelayan yang harus melayani tuan mu?" ucapan seseorang membuat Allura menghentikan tangannya. Ia menatap kearah kanan dan disana ada Celine yang sedang melipat tangannya di depan dada. Ia melihat nyonya-nya yang menatapnya sinis.
"Dia sakit, lihatlah cara berjalannya yang pincang" balas Gerald yang baru datang dan langsung duduk mengambil sebuah roti lalu melahapnya.
"Ada apa dengan kakimu?" Tanya Celine dengan menatap aneh.
"Aku hanya terjatuh saat ingin mengambil sesuatu diatas lemari" balas Allura sambil meringis kesakitan.
Masih dengan tatapan curiganya Celine menghampiri suaminya "Apa kau masih marah?".
Diam-diam Allura memperhatikan interaksi antara Celine dan Gerald. Ia melihat Gerald mencium kening istrinya. Allura pun melihat bagaimana Celine merayu Gerald dengan manja ia cemburu tapi ia sadar kalau ia hanya seorang pelayan.
Allura beranjak pergi untuk membersihkan ruang keluarga dan menghindar dari kemesraan pasangan suami istri itu. Ia berpegangan dengan tembok, merambat-rambat pada tembok untuk mencapai ruang keluarga.
Ia merapikan taplak meja yang terlihat miring dan membersihkan mejanya dengan kemoceng, membenarkan posisi bantal pada sofa, dan mengepel lantai rumah, namun ketika ia mengepel lantai dan melewati ruang kerja Gerald pintu ruangan itu terbuka dan menampakkan Tuannya yang terlihat keheranan.
Allura berjalan sambil membungkukkan badannya, ia bersyukur karena rasa perihnya mereda setelah ia melakukan pekerjaan rumah. "Bisa kita bicara" ucapan Gerald menghentikan kakinya.
Jantung Allura berdegup kencang saat langkah kaki Gerald mendekat. Keringatnya bercucuran karena mengingat apa yang terjadi semalam. "Tolong lupakan kejadian semalam, aku hanya melampiaskan nafsuku" ucap Gerlad lalu pergi meninggalkan Allura sendiri.
Pipi Allura mulai basah matanya memerah ia tidak memyangka bahwa pria yang merenggut kesuciannya berkata demikian. Ia merutuki dirinya yang tidak berbuat apa-apa pada malam itu. Hatinya teriris Tuannya berkata bahwa ia hanya dijadikan pelampiasan nafsu "Apakah semurah itu dirinya"ucapnya lirih sambil memukul dadanya pelan.
Tapi ia kembali mengingat kedudukannya di mansion itu yang merupakan seorang pelayan. "Aku hanya seorang pelayan yang miskin, tidak mungkin Gerlad melakukan itu atas dasar cinta atau suka, aku terlalu bodoh jika berpikir ia melakukannya karena dia mencintaiku" Ia tersenyum kecut dan menghapus air matanya dengan kasar.
Allura kembali menyelesaikan pekerjaannya yang belum ia kerjakan. Ia mengangkat keranjang cucian dan menjemur pakaian yang ada didalam keranjang itu dan segera kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk tuan dan nyonya-nya.
Setelah menyiapkan semuanya ia mengambil sebuah piring dan menyendokkan nasi dan lauk pauknya kembali ke kamarnya untuk makan. ia tidak mau makan di dapur dan mendengar canda tawa dari ruang makan. Saat berjalan kekamar sempat menengok kebelakang ia melihat Gerald yang sedang memangku Celine dan tertawa bahagia disana.
Air matanya mencelos dengan tiba-tiba, hatinya terasa sesak dan oksigen terasa ditarik. Otaknya kembali memutar perkataan Gerald yang mengiris hatinya.
Ia memutar gagang pintu kamarnya meletakan makanannya diatas meja dan seketika tubuhnya luruh ia menangis sejadi-jadinya. "Bagaimana bisa seorang pria yang telah merenggut kesucianku bermesraan bersama wanita lain? tapi wanita itu istrinya dan aku? apalah arti diriku" lirihnya
***
Hari berganti hari tidak ada yang berubah. Kemesraan pasangan sejoli itu semakin menjadi-jadi setiap harinya. Allura hanya sebuah bayangan yang dianggap tidak ada dirumah itu, mereka selalu bermesraan di depannya tanpa rasa malu sedikitpun.
"Hoek" Allura berlari ke wastafer dapur ketika mencium aroma masakannya yang membuatnya mual.
Pasangan sejoli itu meliriknya "Kau sakit?" tanya Celine.
"Tidak nyonya aku hanya sedikit mual".
Allura segera membersihkan mulutnya dan hendak mengantarkan buah ke atas meja makan. sayup-sayup ia mendengar percakapan pasangan sejoli itu.
"Kapan kau bersedia hamil?" Tanya gerald sambil mengelus perut Celine.
"Aku belum siap" balas Celine cepat ketika melihat kedatangan Allura dengan buah ditangannya.
"Hoek" Allura berlari meletakan keranjang buah itu di atas meja dan kembali ke wastafel.
Celine memperhatikan Allura dengan aneh "Apa kau hamil? kau sudah menikah?".
"Uhuk uhuk" Gerald tersedak ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan istrinya.
Allura kembali kemeja makan dan menggeleng pelan "Belum nyonya aku tidak mungkin hamil, bolehkan aku beristirahat sebentar? kepalaku terasa berat".
"Baiklah" ucap Celine.
Allura kembali ke kamarnya untuk beristirahat, disana ia memikirkan perkataan nyonya-nya. ia mengambil kalender dan membalikkan kertasnya ke bulan sebelumnya. Matanya membelalak saat mengetahui bahwa dirinya sudah telat seminggu.
"Apakah aku hamil" gumamnya pelan.
Fokusnya teralihkan saa mendengar ketukan pintu dan suara panggilan Gerald dari luar kamarnya "Allura, buka pintunya".
Allura membuka pintunya, tampaklah Gerald dengan tatapan intimidasinya "Kau hamil?" ucapnya tiba-tiba.
"Ak aku" gumam Allura kebingungan.
"Jawab aku Allura, Apa kamu hamil?" bentak Gerald dengan penuh penekanan.
Allura menggeleng "Aku hanya telat satu minggu, mungkin memang tidak teratur".
Gerald menyodorkan sebuah kantong plastik "Coba ini dan aku akan menemuimu kembali besok pagi".
Allura mengambil plastik itu dan membukanya saat tubuh Gerald sudah menjauh. Ia melihat lima bungkus testpack didalamnya, ia segera masuk ke kamar mandi untuk mencoba alat itu.
Setelah sepuluh menit ia mencoba semuanya ia mengigit bibirnya karena keempat dari alat itu menunjukkan dua garis merah atau positif dan hanya satu yang menunjukkan satu garis merah atau negatif.
Ia memgumpulkan seluruh testpack itu dan memasukkannya kembali kedalam kantong plastik yang diberikan Gerald.
Ia merebahkan dirinya pikirannya melayang menebak apa yang akan Gerald lakukan padanya, ia takut kalau Gerald akan memintanya untuk menggugurkan bayinya, bayi yang tidak berdosa bayi yang tidak tahu apa-apa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerald's Affair [ON GOING]
RomanceSeorang wanita miskin berhasil meluluhkan hati Sang Tuan yang sangat mencintai istrinya. Bermodalkan wajah cantik serta mata biru lautnya, cinta tumbuh diantara seorang Tuan dan pelayan. Allura Adams, wanita cantik ini berhasil merebut hati Sang Tua...