🍃 Thirty Four

1K 126 19
                                    

🌸
___________________________

🍁


Thirty Four


🍁
_____________________


Enam bulan berlalu setelah Minho memutuskan pergi meninggalkan tanah air. Meninggalkan kenangannya bersama si tupai manis.

Minho duduk memandang ke luar jendela. Melihat jejak air yang menetes dari dedaunan di sebrang sana. Cuaca dingin tak menghentikannya untuk tetap pergi ke supermarket. Padahal bisa saja Minho memesan kebutuhannya dengan cara online. Namun ia memilih tetap pergi.

Selama tinggal di Sydney, Minho memang sengaja menyibukan diri. Entah itu dengan kuliah atau justru dengan pekerjaannya. Ia hanya tak ingin terus-terusan memikirkan Jihan yang berujung rasa rindu yang menyayat kalbu.

Minho turun dari bus. Biasanya ia akan membawa mobil pribadi, namun hari ini entah mengapa Minho malah ingin menaiki bus. Jelas-jelas cuaca sedang tak bersahabat.




Minho terpaku dengan jantung berdebar kencang. Beginikah rasanya sekarat? Sekarat karena merindukan seseorang.

Untuk sejenak, jantung Minho berhenti berdekat saat melihat sosok itu.

Sosok mungil dengan perut buncit yang tengah membawa keranjang buah.

Minho terpaku. Setelah mati-matian melupakan sosoknya, setelah enam bulan berlalu tanpa hadirnya. Setiap hari melewati detik demi detik yang teramat menyiksa. Rindu yang ia paksa kubur dalam diam kini tak mampu lagi ia tahan.

Minho rindu sosoknya. Sosok yang menjadi alasan kepergiannya ke Sydney.

Bruk!

Keranjang buah yang sedari awal diletakkan hati-hati di samping bangku halte, malah terjatuh tersenggol anak kecil yang barusan lewat, membuat beberapa buah jeruk yang masih terbungkus plastik itu jatuh menggelinding ke sekitar bangku.

Melihat sosoknya kesusahan, Minho segera membantu.

"Let me help you." Ia segera mengambil beberapa buah yang tergelinding jauh lalu memasukannya ke dalam keranjang.

Sosok tersebut tersenyum. "Thank you so much, Sir."

"No, it's not a big deal," balas Minho.

"Can you take this one?" Ia menyodorkan satu buah jeruk pada Minho. "This is for you." Minho tertegun. Melihat perempuan di hadapannya tersenyum tulus membuat hati Minho hangat namun remuk di waktu yang bersamaan. Ia mengambil jeruk di tangan mungil itu lalu kembali tersenyum.

Perempuan mungil itu membungkuk sebagai ucapan terimakasih juga salam perpisahannya sebelum melangkahkan kaki memasuki bus.

Sementata Minho memandangnya dalam diam.

Calon mamah muda mungil yang tengah hamil besar.

"Masih bayi udah mau punya bayi."

Tanpa sadar kekehan kecil lolos begitu saja dari bibirnya.

"Jiji juga pasti selucu itu." Minho ingat ia meninggalkan Jihan di awal kehamilannya. Mungkin saat ini tante tupainya itu tengah hamil besar. Tengah kesusahan karena membawa satu nyawa di perutnya. Tengah kesulitan berjalan karena berat tak seimbang di perutnya. Seperti wanita tadi.

Minho memandang buah jeruk di tangannya lalu bergumam.

"Semoga tante tupai enggak kesulitan. Itu 'kan impian dia sejak dulu."

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang