🍃 Six

1.3K 158 43
                                    

🌸
___________________________

🍁


Six


🍁
________________________


"Tapi cheesecake saya malah kamu abisin," lanjut Jihan sambil cemberut. Seketika Minho merasa gemas. Ingin rasanya ia cubit pipi bulat itu.

Minho melirik piring kosong yang tadi ia habiskan isinya lalu tersenyum.

"Aku traktir tante cheesecake di sini sepuasnya."

Mata Jihan memicing. "Dapat uang dari mana kamu?"

"Di kasih papa."

"Kerjaan bolos juga masih aja minta uang saku."

Minho berdecak gemas. Tante tupainya ini sok tahu ternyata.

"Aku gak pernah minta, Tan. Papa aja yang selalu ngasih."

"Jeno!" Minho memanggil si pelayan tadi.

"Minta cheesecake dong lima porsi!"

Jihan melotot kaget. "Banyak amat? Kamu perut karet?"

"Itu buat tante bukan buat aku."

"Seporsi juga cukup tahu!"

"Yakin?"

"Ya udah dua."

Minho tersenyum lebar. "Oke." Lalu beralih pada Jeno yang masih diam di balik pantry.

"Dua porsi dulu aja, Jen!"

"Oke," sahut Jeno patuh.

Jihan mengernyit. Minho tampak akrab dengan si pelayan tadi. Apa jangan-jangan si bocah langganan di kafe ini?

"Kenapa, Tan?" tanya Minho.

"Gak papa, gak usah sok mau ngebayarin kamu. Saya bisa bayar makanan saya sendiri."

"Tan, segitu gak maunya ya dibayarin pake uang papaku?"

Jihan hanya meliriknya malas tanpa berniat untuk menyahut.

"Apa aku berhenti sekolah aja ya terus kerja kaya si Jeno biar bisa jajanin tante cheesecake?"

"Hah?" Jihan blank. Kan maksud dia bukan itu.




Setelah insiden pertemuannya dengan Minho di kafe kemarin, bocah itu kembali memberikan nomor telponnya. Kali ini bukan secarik kertas, tapi langsung ia masukan nomornya di ponsel Jihan.

Jadi kemarin, Minho bertanya kenapa Jihan tidak menghubunginya lalu Jihan mengatakan yang sebenarnya kalau kertas itu sudah ia buang dan dengan kurang ajarnya Minho mengambil ponsel Jihan yang tergeletak di meja lalu memasukan nomornya di sana. Minho bahkan menggunakan ponsel Jihan untuk menelpon nomornya.

Benar-benar taktik seorang anak SMA.




Jihan kembali menatap layar ponselnya yang menampilkan chatroom bersama sang sahabat. Mereka sudah janjian akan bertemu di kafe ini.

Rasanya rindu sekali. Sudah dua tahun mereka tak bertemu. Yah-- sejak Jihan menikah lebih tepatnya.

"Jihan!" Panggilan itu membuat Jihan menoleh lalu tersenyum lebar.

"Elin!" balas Jihan tak kalah heboh, lalu dua wanita itu berpelukan layaknya teletubis.

"Kangen banget sama kamu, Ji."

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang