🍃 Seventeen

1.1K 153 48
                                    

🌸
___________________________

🍁


Seventeen


🍁
________________________


"Jihan tadi dibawa keluar sama Minho ya sayang?" tanya Chan. Lelaki itu baru bisa mendudukan pantatnya dengan nyaman setelah beberapa jam menyalami para tamu undangan.

"Iya, Dad. Nyari udara seger kali," balas Elin.

"Si Minho itu bukannya nemenin kita di sini malah nyulik sahabat kamu."

"Gak papa lah, Dad. Anak umur segitu mana suka acara formal kaya gini. Wajarlah dia keluar duluan. Maklumin aja dulu juga daddy kaya gitu 'kan?"

"Kok kamu tahu?"

"Ya, Daddy 'kan papanya."

Chan hanya menyengir lebar.

"Udah ketebak namanya buah jatuh gak bakal jauh dari pohonnya."

Chan menarik pinggang Elin mendekat lalu memeluknya tak tahu malu. "Anak kita nanti bakalan mirip aku apa mirip kamu ya, By?" bisik Chan yang sukses membuat wajah Elin merona seketika.

Sementara di pinggir kolam, Jihan masih terdiam mendengar ucapan Minho.

"Aku pengen jadi obat yang bisa tante gunain kapan aja tante butuh."

"Gimana kalau saya udah gak butuh?"

"Tante bisa buang aku. Karena aku yakin saat tante ngerasa gak butuh aku lagi, saat itu luka tante udah sembuh dan tante udah bahagia."

"Saya gak bisa buang obat sembarangan."

"Kalau gitu biar aku yang pergi kalau tante udah gak butuh aku lagi."

"Gimana kamu bisa tahu kalau saya udah gak butuh obat lagi?"

"Hamil." Minho menatap tepat di manik hazel itu. "Tante gak akan butuh obat lagi saat tante udah hamil. Semua luka tante bakalan sembuh kalau tante udah hamil."

Jihan kembali tertegun. Haruskah ia menerima tawaran bocah ini atau menolaknya mentah-mentah.

"Gimana, Tan?" tanya Minho lagi.

"Saya gak bisa pacaran sama anak SMA."

"Aku bentar lagi lulus, Tan," erang Minho frustasi.

"Ya udah tunggu kamu lulus aja, saya gak yakin kamu bakalan ikut ujian tahun ini."

Minho berdecak lalu membuang pandangan ke arah lain. Susah-susah ia bicara serius tapi malah ditolak.

"Jadi kalau aku udah lulus, tante bakalan jadi pacar aku?"

Jihan menggedikkan bahu. "Tergantung."

"Kok tergantung?"

"Ya kamunya aja belum lulus."

"Berarti kalau aku lulus juga belum tentu dijadiin pacar 'kan?"

"Ya seenggaknya bisa saya pertimbangkan. Saya gak mau ya dibilang pedofil gara-gara pacaran sama bocah SMA."

"Tapi 'kan dua bulan lagi juga aku lulus."

"Ya udah tunggu dua bulan lagi aja."

"Aku pengennya sekarang, Tan!" Minho kembali mengerang frustasi.

"Gak bisa!"

"Simulasi aja kalau gitu, gimana?" tawar Minho.

"Hah?"

"Simulasi pacaran, biar nanti kalau aku lulus, kita udah pro."

Jihan tercengang mendengarnya. Seniat itukah bocah ini menjadi selingkuhannya?

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang