🍃 Fourty

1.1K 150 47
                                    

🌸
___________________________

🍁


Fourty


🍁
________________________

Jihan menatap dua orang yang tengah tertawa di depan sana. Ia mendekat untuk memastikan.

"Jeana?"

Yang dipanggil menoleh. Raut terkejut tercetak jelas di wajah cantiknya.

"Oh-- Jihan?"

Jihan melirik lelaki tinggi di samping Jeana. Mengerti akan maksud Jihan, Jeana segera menyuruh lelaki itu pergi.

"Sayang, kamu duluan ke mobil ya, aku mau ngobrol bentar sama temenku."

Lelaki yang dipanggil sayang mengangguk, melirik Jihan sekilas lalu beranjak pergi.

Setelah kepergian lelaki itu, Jeana mengajak Jihan masuk ke salah satu restoran cepat saji, duduk di meja ujung lalu memesan minum.

Lima menit berlalu tanpa ada yang memulai percakapan hingga akhirnya Jihan buka suara dengan sebuah pertanyaan.

"Bisa beritahu aku siapa lelaki itu?"

Jeana mengambil gelas minumnya lalu menyedot isinya pelan.

"Dia pacarku," katanya santai.

Sesantai itu Jeana mengakuinya?

"Kamu menghianati Mas Ekal?"

Jihan menatap sengit perempuan di hadapannya. Setelah merebut Haekal darinya, Jeana malah berselingkuh dengan lelaki lain. Manusia macam apa sebenarnya wanita di hadapannya ini!

"Jangan menatapku seperti itu Jihan. Dan ah--- kamu belum tahu ya? Aku dan Haekal sudah bercerai dua bulan lalu," jawab Jeana tanpa beban.

Jihan tersentak kaget.

"Ce-cerai?"

"Iya. Kami sudah cerai."

"Kenapa?"

"Karena dia tak sehebat yang kupikir."

"Apa maksud kamu? Kamu merebutnya dariku lalu mencampakannya begitu saja?"

Jeana mengernyit lalu tersenyum remeh. "Kenapa kamu marah? Dia 'kan hanya mantan suamimu." Jeana menekankan setiap katanya, menegaskan bahwa Jihan tak berhak marah atas apapun yang ia lakukan ke pada Haekal.

"Bagaimana aku tidak marah, kamu merusak rumah tanggaku, merebutnya dariku lalu dengan mudah meninggalkannya!"

Melihat Jihan yang terlihat kesal,Jeana malah tertawa. "Harusnya kamu senang. Aku udah berbaik hati mengeluarkan kamu dari neraka dan melemparkan diriku sebagai penggantimu, Jihan. Bukankah harusnya kamu berterimakasih padaku?"

"Aku gak ngerti apa yang kamu bicarakan, Jeana!"

"Haekal berbohong. Dia membohongi kita---kamu dan aku." Jeana menunjuk Jihan dan dirinya bergantian.

"Mereka bilang yang mandul selama ini itu kamu 'kan? Nyatanya apa? Yang mandul itu Haekal!" Jeana berdecih sinis. "Sialan, aku bahkan gak sudi memanggil dia dengan embel-embel Mas lagi."

Berbeda dengan Jeana yang sibuk misuh-misuh, di depannya Jihan justru terdiam kaget.

Ia tak ingin percaya ucapan Jeana, tapi perempuan itu mengatakan dengan amarah yang menggebu seolah yang ia ucapkan memanglah sebuah kenyataan. Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana bisa Haekal tega membohonginya.

"Ka-kamu tahu dari mana?"

Jeana menggedikkan bahu cuek. "Aku mendengarnya sendiri." Kali ini Jeana bicara lebih santai, tak lagi menggebu seperti tadi.

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang