🌸
___________________________🍁
•
•
❇Nineteen❇
•
•
🍁
________________________
Fuhh...Helaan nafas berat itu terdengar samar di telinga.
Jihan yang sedang mendengarkan radio segera menoleh. Bisa Jihan lihat bocah di sampingnya ini tampak gelisah. Jihan mengernyit, jelas Minho bukan gelisah karena menunggu lampu merah 'kan?
"Ho, kamu kenapa?"
Minho menoleh lantas tersenyum kikuk.
"Kita simulasi mulai hari ini 'kan, Tan?" tanya Minho yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Jihan.
Iya, anggap saja Jihan gila karena mengiyakan permintaan bocah itu untuk melakukan simulasi pacaran.
Ya Tuhan, Jihan pikir hanya demo PMR saja yang ada simulasinya, ternyata pacaran juga?
"Boleh pegang tangan gak, Tan?" Kali ini Minho menatap maniknya lekat seolah menyalurkan perasaannya lewat sana. Jihan ingin menolak tapi tatapan itu terlihat sangat berharap padanya. Pada akhirnya Jihan tetap mengangguk.
"Pegang aja."
Senyum manis langsung mengembang di wajah Minho.
Lampu sudah berubah hijau. Minho kembali menjalankan mobilnya. Kali ini dengan senyuman tak luntur dari wajahnya. Satu tangan ia gunakan mengendalikan setir mobil sedang tangan lainnya ia gunakan untuk menggenggam tangan mungil Jihan yang sangat pas di genggamannya.
Minho jadi berpikir, mungkin Jihan salah jodoh. Mungkin saja jodoh Jihan itu dirinya bukan suaminya yang sekarang. Lihat saja, tangan mungil ini begitu pas di genggamannya.
Hari ini Minho bahagia sekali, meski hanya simulasi, setidaknya statusnya sudah naik satu level dari sebelumnya. Kebahagiaannya kian membuncah saat tanpa sengaja memergoki wajah merona Jihan yang tengah tersenyum menatap tautan tangan mereka.
Minho tak bisa mengatakan kalau Jihan menyukainya. Tapi Minho yakin, Jihan tak keberatan sama sekali saat ia menggenggam tangannya.
Mereka berpegangan tangan sepanjang jalan, hingga mobil sampai di halte tak jauh dari komplek rumah Jihan. Tautan jemari itu terlepas. Minho merasa kosong tiba-tiba.
"Sampe sini aja. Kamu juga pulangnya naik bus 'kan?" kata Jihan.
"Padahal pengennya sampe rumah."
"Kamu gila ya?"
"Hah?" Minho malah bingung.
"Kamu lupa kalau kita mulai simulasi?" tanya Jihan lagi. Minho tidak lupa, dia hanya tak ingin segera berpisah dengan tupai kesayangannya. Jadi dia hanya menggaruk belakang kepalanya sambil menampilkan cengiran khasnya.
Mendengus sebal, Jihan segera mengubah posisi duduknya sedikit menyamping agar bisa bertatap muka dengan si bocah SMA.
"Minho, dengarkan saya."
Minho mengangguk lalu mengalihkan semua atensi pada makhluk manis di hadapannya.
"Kamu sendiri 'kan yang minta buat simulasi pacaran?" Minho mengangguk.
"Karena itu, saya punya beberapa aturan yang harus kamu turuti mulai sekarang. Termasuk merubah kebiasaan kamu yang seenaknya."
•
•
•
•Di dalam bus, Minho duduk tenang dengan senyum mengembang dan mata tak lepas dari telapak kirinya. Ia terus menciumi telapaknya lalu ia usapkan ke dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, TANTE [Minsung Lokal]
Teen Fiction---- BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA GAES ----- KALIAN KALAU NGASIH VOTE BERURUTAN DONG JANGAN LONCAT-LONCATAN! VOTE ITU BERARTI BUAT PENULIS! Pernahkah kalian dikejar-kejar berondong? Atau dikejar-kejar 'bocah' yang usianya 6 tahun lebih muda dari...