🍃 Four

1.4K 171 34
                                    

🌸
___________________________

🍁


Four


🍁
________________________


Rasa sesak kembali menjalari dadanya. Semakin hari hidupnya benar-benar seperti di neraka.

Jihan menutup pintu mobil lalu tersenyum manis pura-pura bodoh seperti biasanya.

Ia merapikan dasi sang suami yang sudah sibuk dengan ponselnya.

"Sibuk banget, Mas~" rajuknya dengan pipi menggembung. Haekal segera memasukan ponsel ke dalam saku.

"Si Bambam, masih pagi udah laporan ini itu," jawabnya santai. Lagi, Jihan hanya bisa berpura-pura bodoh.

Ia mengenal Bambam, asisten pribadi sekaligus sahabat suaminya itu suka telat dan bangun siang. Sangat tidak mungkin jika lelaki itu menghubungi suaminya sepagi ini, apa lagi perihal pekerjaan.

"Bilangin Bambam, kalau mau laporan mah, tunggu di kantor aja, Mas."

Haekal hanya tersenyum tipis. "Iya, Ji. Ya udah aku pergi dulu." Jihan mencium tangan suaminya lalu memejamkan mata saat sebuah kecupan mendarat di dahi.

"Banyak-banyak istirahat di rumah," katanya sebelum melajukan mobil putih itu.

Jihan hanya menatap kepergiannya dengan sendu. Tangannya terulur mengambil lipstik di saku,meremasnya kuat dengan tangan terkepal.

"Ma, aku duluan!" Teriakan Yeji terdengar dari dalam, Jihan membalikan badan.

"Loh, mas Ekalnya mana, Kak?"

"Udah berangkat barusan."

"Yah, padahal kan aku mau nebeng. Bisa telat nih kalau nunggu ojek."

"Kamu udah sarapan?" tanya Jihan saat melihat wajah panik adik iparnya.

"Gak bakal sempet, Kak. Nanti ajalah di kantin," bals Yeji mulai membuka ponselnya.

"Loh, katanya bakal kesiangan, tapi malah mau sarapan di kantin?"

Jihan melihat jam di ponselnya."Kakak anterin kamu ke sekolah tapi kamu harus bawa bekal biar nanti makan di mobil."

Yeji mendongak dengan wajah berseri. "Serius, Kak?"

"Iya, kamu ambil bekal gih, kakak manasin mobilnya dulu."

"Oke!"




Jihan memarkir mobilnya sedikit jauh dari gerbang sekolah. Matanya memicing saat melihat sosok tak asing tengah duduk di atas motor di depan pos satpam.

Ia kenal dengan anak itu-- tidak, maksudnya ia tahu namanya tapi tidak akrab.

"Dek, itu siapa malah nangkring depan pos satpam?" tanya Jihan. Yeji yang sedang membereskan tasnya mendongak menatap objek yang tengah dilihat si kakak ipar.

"Oh, kak Minho. Kakak kelasku."

Jihan mengalihkan atensinya. "Kakak kelas? Bukannya kamu kelas tiga?"

"Iya, maksudnya mantan kakak kelas. Dulu dia kakak kelas aku tapi gak lulus, jadi sekarang kita seangkatan."

"Oh gak lulus." Jihan masih ingin bertanya namun tak ingin terlihat penasaran.

Kenapa anak itu tidak lulus? Apa dia sebegitu bodohnya?

"Biasanya dia jarang sekolah deh, terlalu pinter katanya," ucap Yeji. Jihan hanya manggut-manggut saja.

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang