🍃 Thirty Five

1K 134 46
                                    

🌸
___________________________

🍁


Thirty Five


🍁
_____________________

Setelah beberapa bulan lalu Chandra menyuruhnya berhenti bekerja, Minho menolak. Menurutnya berhenti bekerja hanya akan memberikan waktu luang baginya untuk bersantai. Toh, ia masih bisa membagi waktu antara kuliah dan kerja tanpa harus mengorbankan salah satunya untuk mendapat nilai tinggi.

Di kantor Alex, ia hanya karyawan biasa. Sengaja, ia juga menolak tawaran dari omnya itu untuk langsung menjadi petinggi perusahaan.

Minho ingin merasakan perjuangan dari bawah, walau sebenarnya tetap saja tak adil menurutnya karena ia diterima bekerja dengan alasan kekeluargaan bukan karena alasan nilai.

Memangnya seberapa besar sih peluang anak lulusan SMA untuk diterima magang kerja di perusahaan besar?

Minho juga hanya diberi tugas ringan, kata Alex sih karena Minho harus menyelesaikan kuliah tepat waktu. Bahkan omnya itu berharap Minho bisa lulus lebih awal dengan mengambil banyak SKS. Karena itulah, ia biarkan Minho memulai semuanya sebagai karyawan biasa.

Berbeda dengan Alex. Minho punya alasan sendiri mengapa ia mengambil banyak SKS dan mengumpulkan IP tinggi tiap semester. Ia hanya ingin menyibukan diri setiap hari dengan tugas kuliah dan pekerjaan kantor sehingga tak ada waktu memikirkan Jihan.

Ia harus merasakan bagaimana hidup susah walau nyatanya percuma karena Elin tetap memaksanya tinggal di apartment mewah dan Chandra tetap memberinya uang saku lebih meski Minho sudah bekerja.

Seharusnya Minho senang dengan kekayaan dan limpahan harta dari orangtuanya. Tapi tidak lagi setelah dirinya berpisah dengan Jihan.

Minho ingin memulai dari bawah. Ia ingin menjadi lelaki yang bisa diandalkan bukan hanya seorang bocah tengil yang hanya memanfaatkan harta orangtua.

Minho kembali menyeruput americanonya. Otaknya sedikit berdenyut. Mencoba memejamkan matapun tak berpengaruh banyak ternyata.

Getar ponsel mengalihkan atensi Minho. Jarang ada yang menghubunginya meski ia mempunyai banyak teman di Sydney.

Ia buka ponselnya dan terpampang satu chat dari mommynya.

Mommy

Kamu kapan pulang? Mommy ngidam nih pengen ketemu kamu.




Setelah hampir dua minggu dibujuk Elin terus-terusan, akhirnya Minho luluh. Mengesampingkan egonya dan kembali menginjakan kaki di kota kelahiran.

Beruntung ini sudah libur akhir semester. Jadi, pulang beberapa hari takkan mengganggu rutinitasnya. Dan untuk pekerjaannya di kantor Alex, itu bukan masalah karena tak ada aturan khusus dari Alex untuknya.

Minho sebenarnya benci kenyataan itu, ia seperti dimanja dan dianak emaskan oleh pimpinan. Tapi mau bagaimana lagi? Itu pasti permintaan papanya.

Minho menatap keluar jendela dengan senyum tipis tersungging di sudut bibir.

Tak banyak yang berubah sejak terakhir kali menginjakan kaki di kota ini.

Bandara masih ramai, jalan raya masih macet di jam pulang kerja, dan apartmentnya masih sepi.

Minho mendudukan tubuh di sofa sementara Elin pergi ke dapur untuk membuatkan minum.

Matanya menjelajah seisi ruangan. Rasanya ada yang berbeda, apartmentnya terasa lebih rapi.

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang