🍃 Thirty

1.1K 138 43
                                    

🌸
___________________________

🍁


Thirty


🍁
________________________

Pekerjaan di kantor benar-benar membuat Minho kewalahan. Ia nyaris tak punya waktu istirahat dan melupakan makan siangnya.

Minho meregangkan tubuhnya, lalu menatap ponselnya lama. Matanya tak pernah bosan menatap figur manis itu.

"Kangen ..." gumamnya pelan. Minho menidurkan kepalanya di atas meja kerja lalu menutup mata.

Ia kembali membuka mata saat getar ponsel menggelitik pahanya.

"Hallo ..."

"Hallo, Tan?!"

"Kamu sibuk gak?"

"Lumayan, aku baru mulai kerja sih, tadi ada kuliah pagi. Kenapa?" jawab Minho dengan wajah sumringah.

"Aku lapar~" Jihan merengek layaknya anak kecil.

Diam sejenak. Minho menahan nafas mendengar suara rengekan itu. Ia menggigit bibir menahan gemas membayangkan raut Jihan saat ini.

"Mau makan apa, hm?"

"Apa aja asal sama kamu."

Ya Tuhan, Minho tidak kuat dengan perlakuan lembut Jihan. Hay hati, apa kabar di dalam sana? Masih baik-baik saja 'kan?

"Tante di mana? Mau aku jemput?"

"Aku di depan kantor kamu."

"Oke, aku turun sekarang."

Tak ingin membuang waktu, Minho segera keluar dari kantornya. Menoleh kanan kiri lalu tersenyum saat maniknya menangkap keberadaan mobil Jihan.

Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya di depan lobi membungkukan badan menyapa. Namun tak ia hiraukan karena kini kaki jenjangnya sudah berlari kecil menghampiri Jihan.

Pintu mobil terbuka, dengan senyum yang masih terpatri di wajah, Minho melesakan tubuh ke dalam.

"Hay!" sapanya. Jihan terpaku.

Tak ada lagi raut datar dan dingin seorang Direktur Utama Minho Natapradja. Yang ada di sampingnya kini masih tetap si bocah tengil yang selalu tersenyum manis padanya.

"Hay." Jihan ikut tersenyum. "Udah makan?"

"Belum, tadi buru-buru gak sempet makan."

Jihan mencebik. "Kebiasaan."

Sementara Minho hanya terkekeh. Tak lupa tangan nakalnya mencubit pipi gembil Jihan.

"Kan biar bisa makan bareng."

"Kamu yang nyetir ya, Ho?"

"Kenapa?"

Raut bingung Minho terlihat lucu. Jihan tersenyum miring lalu menjawab. "Aku kangen soalnya, pengen nyandar di bahu kamu."

Hanya karena satu kalimat itu, darah Minho rasanya berhenti mengalir lalu berkumpul di pipi menciptakan sensasi panas dan rona padam yang begitu menggemaskan.

Kekehan kecil lolos dari bilah bibir Jihan. Inilah kenapa dia suka menggoda Minho. Si tampan selalu tersipu dan mendadak gugup saat Jihan menggodanya.

"Ck!" Minho mencebik. Menyamarkan kegugupannya. "Ya udah sini nyender," katanya seraya mendekatkan bahu.

"Ya gak di sini juga, nanti banyak yang lihat."

"Ya udah aku turun, kita tukar tempat duduk."

Anggukan kepala Jihan membuat Minho segera turun, memutari mobil dan mengambil duduk di belakang kemudi. Sementara Jihan memilih bergeser ke kursi samping.

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang