🌸
___________________________🍁
•
•
❇Two❇
•
•
🍁
________________________
Jihan menepikan mobilnya di pinggir jalan lalu membenturkan kepala dengan setir. Sesak di dadanya lebih hebat dari sekedar rasa sakit di dahinya.Bayangan Ekal yang sedang tertawa bersama Jeje kembali melintas di benarknya.
"Hiks--"
Satu isakan lolos dari bibir ranumnya. Kenapa rasanya sesakit ini hanya karena melihat Haekal makan siang bersama Jeje.
Andai saja orang itu bukan Jeje, Jihan takkan keberatan. Andai saja tawa itu sering ia dengar saat lelaki itu bersamanya, Jihan takkan merasakan sakit.
Tapi--- tawa itu sudah lama tak Jihan dengar, sejak ayah mertuanya meninggal, Haekal seolah berubah menjadi orang lain. Jarang tersenyum dan tertawa.
Lelaki itu memang tidak menyalahkan Jihan tentang kepergian ayahnya, namun perubahan sikapnya pada Jihan membuat Jihan tak bisa mengelak sebuah kenyataan bahwa setengah dari diri Haekal membenci kehadirannya.
Dan itu sangat menyakitkan.
"Hiks-- kena-pa se-sakit ini?" Suaranya tersendat karena isakan yang berusaha ia tahan.
Tok! Tok!
Tok! Tok
Ketukan di pintu mobil membuat Jihan menegakan punggungnya lalu menoleh dengan wajah kacaunya.
Seseorang mengetuk kaca mobilnya dengan wajah panik. Jihan segera menghapus air mata dengan lengan bajunya, meredakan tangis, menghentikan isakan lalu menurunkan kaca mobil.
"Ada ap--"
"Tante, aku nebeng ke depan ya?"
Jihan yang belum menyadari keadaan hanya menatap bingung.
"Hah?"
"Aku nebeng mobil tante, aku dikejar preman yang suka malakin duit anak sekolah tante, tolongin aku yah!" Wajahnya semakin panik saat orang-orang berbadan kekar itu semakin mendekat.
Anak lelaki yang barusan memanggilnya tante itu segera memutari mobil untuk membuka pintu di samping kursi penumpang.
"Tante ayo dong buka, nanti aku bayar kok bensinnya."
Sebenarnya Jihan tak ingin ikut campur, biar saja anak itu mau dipalak atau dibegal juga bukan urusan dia.
Tapi sisi manusiawinya berontak. Sekacau apapun hidupnya, Jihan masih bisa peduli pada orang lain.
Ia membuka kunci pintu mobil lalu menyuruh anak itu masuk dan segera melajukan mobilnya, tak memperdulikan entah ini modus perampokan baru atau bukan. Terserah, dia hanya ingin menolong--- itupun jika anak di sampingnya ini benar-benar membutuhkan pertolongan.
Tapi Jihan jadi ragu setelah melihat senyum aneh di wajah anak asing di sampingnya ini.
Jihan membulatkan mata dan tanpa sengaja menginjak rem mendadak saat menyadari sesuatu.
Dia membawa kabur anak SMA yang membolos?
Ckiit!
Duk!
"Aw tante, nyantai dong bawa mobilnya." Anak itu mengelus jidatnya yang terantuk dashboard mobil karena tidak memakai seatbelt.
"Kamu bolos ya?" tanya Jihan kaget.
"Hah?"
"Kamu bolos!" ulangnya.
"Enggak!" Anak itu mengelak. Jelas-jelas ini masih jam sekolah dan dia memaki seragam SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, TANTE [Minsung Lokal]
Teen Fiction---- BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA GAES ----- KALIAN KALAU NGASIH VOTE BERURUTAN DONG JANGAN LONCAT-LONCATAN! VOTE ITU BERARTI BUAT PENULIS! Pernahkah kalian dikejar-kejar berondong? Atau dikejar-kejar 'bocah' yang usianya 6 tahun lebih muda dari...