🍃 Fourteen

1.2K 150 23
                                    

🌸
___________________________

🍁


Fourteen


🍁
________________________


Jihan lupa kalau Minho itu manusia menyebalkan yang selalu punya seribu satu cara memanfaatkan kesempatan. Ia juga lupa kalau bocah di sampingnya ini adalah adik kecil kesayangan Elin dan itu tetap berlaku meski Elin sudah tahu kalau Minho adalah anak dari pacarnya.

Setelah menghubungi Elin beberapa menit yang lalu dan bocah kurang ajar ini mengadu kelaparan pada Elin, tentu saja sahabatnya itu meminta tolong pada Jihan untuk memberi Minho makan karena lagi-lagi alasan Minho kelaparan karena tak membawa uang.

Manusia mana yang akan percaya pada kebohongan tak masuk akal itu selain Kirana Sherlin Adyatama. Jihan heran, Elin 'kan sudah tahu kalau Minho ini anak orang kaya, kenapa dia masih saja percaya saat bocah ini mengatakan kalau dirinya kelaparan dan tak punya uang untuk makan?

"Awas ya kamu kalau ngomong aneh-aneh sama ibu saya!" ancam Jihan untuk yang ke sekian kalinya. Minho yang sedang mendorong motor besarnya hanya merotasikan bola mata malas.

"Tante udah enam kali ngomong gitu, Tan."

Ya habis bagaimana, Minho 'kan aneh. Jihan takut dia bicara yang tidak-tidak ke pada ibunya.

"Kamu beli makan di luar aja ya? Saya kasih nih uangnya."

"Enggak, enggak!" tolak Minho cepat. "Tante 'kan udah janji sama tante Elin mau ngasih aku makan."

"Ya ini 'kan saya kasih uangnya, nanti kamu beliin makan."

"Enggak mau ah, aku gak kenal daerah sini."

"Ya terus ngapain kamu ke sini kalau tempat makan aja gak tahu!"

"Nyari jodoh dong, Tan!"

Nah, 'kan?

"Eh, gak tahunya ketemu jodoh di taman, terus di bawa ke rumahnya." Minho nyengir saat Jihan menatapnya sebal karena ucapannya barusan.

Karena kesal, Jihan mempercepat langkahnya membuat Minho kesusahan mengikuti karena harus mendorong motornya.

"Tante, tungguin dong!"

"Makanya jangan lelet!"

"Ini berat tahu, Tan! Kenapa gak naik motorku aja sih tante? Kan gak perlu cape jalan, aku juga gak usah dorong-dorong motor gini," gerutu Minho.

Tadinya Jihan ingin marah, tapi melihat Minho yang terlihat kelelahan Jihan jadi tak tega. Ia menghentikan langkah lalu menunggu Minho sampai di sampingnya.

"Kok berhenti, Tan?"

Astaga, bocah ini! Sudah jelas Jihan menunggunya agar Minho lebih santai mendorong motor besarnya itu, masih saja nanya.

Tanpa menjawab sepatah katapun, Jihan kembali melangkah, kali ini lebih pelan. Kasihan Minho nanti kelelahan.

Mereka sampai di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar.

"Yuk masuk!" ajak Jihan. Minho segera memarkir motornya.

"Awas ya, jangan ngomong yang aneh-aneh!"

"Astaga, Tante tupai. Sekali lagi ngomong kaya gitu tante dapat piring cantik dari mang Jae."

Jihan mengehela nafas tak rela. Tak rela kalau Minho harus ia kenalkan pada ibunya. Cukup Elin saja yang ia kenalkan dengan bocah tengil ini, ibunya jangan.

Tapi kalau tidak di suruh masuk, masa mau memberi makan anak orang di pinggir teras begini?

Akhirnya meski tak rela, Jihan tetap membuka pintu. Beruntung ibunya tak ada di ruang TV, sepertinya beliau sudah tidur. Jihan bisa bernafas lega.

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang