🍃 Thirty Seven

1.1K 141 50
                                    

🌸
___________________________

🍁


Thirty Seven


🍁
________________________

Minho masih terdiam di dalam mobil dengan tangan meremat kemudi gugup. Tatapannya hanya tertuju ke kafe di depannya. Di dekat jendela sana, tampak Elin duduk di meja pojok dengan seseorang yang tak bisa Minho lihat wajahnya karena posisi duduk orang itu memunggunginya.

Sesaat kemudian, perhatian Minho teralih pada ponsel di sampingnya.

Mommy is calling...

"Hallo?"

"Hallo, Ho kamu di mana sih?"

"Minho di---"

"Eh, itu kayanya mobil kamu deh!" Elin di depan sana melihat keberadaan mobilnya. Dan secara refleks orang yang duduk di hadapannya juga berbalik melihat mobil Minho.

Tubuh Minho membeku.

Jihannya. Tupai manisnya.

Jihan terlihat cantik.

Tak bosan ia memuji tupai manis itu. Jihan memang sesempurna itu di mata Minho.

"Kamu ngapain di situ? Gak ke luar?" Suara Elin membuyarkan pikiran Minho. Minho mengangguk, padahal Elin takkan melihatnya dengan jelas karena mobilnya yang terparkir sedikit jauh.

"A-aku keluar sekarang, Mom."

Setelah panggilan terputus. Minho menghirup nafas rakus lalu menghembuskannya kasar. Ia melirik kaca depan, menilik kembali gaya rambutnya yang ia sisir rapi menampilkan jidat mulusnya. Memperlihatkan kesan sexy, dewasa namun sopan di waktu yang bersamaan.

Ia melirik pakaian yang ia kenakan.

Kaos putih polos dibalut kemeja hitam yang dipadu celana jeans dan sepatu dengan warna senada.
Ini tidak berlebihan 'kan? Tidak seperti orang yang akan melayat 'kan?

Seketika Minho menyesal kenapa tadi meminta saran Dirga untuk outfitnya bertemu Jihan. Sudah jelas Dirga akan menyarankan warna-warna gelap seperti ini, Dirga 'kan pecinta dark.

Harusnya Minho memakai outfit seperti biasa saja, yang sedikit berwarna. Tapi mau bagaimana lagi, ia sudah sampai, tidak mungkin ia kembali ke apartmen hanya untuk ganti baju dan membuat Jihan menunggu lama.

Itupun, jika Jihan menunggunya.

Setelah menetralisir degub jantungnya yang menggila, Minho ke luar dari mobil. Berjalan memasuki kafe.

Minho bersumpah ia benar-benar gugup saat ini. Kenapa setiap bertemu Jihan debaran jantungnya selalu menggila.

"Minho..."

Minho merasakan geli di perutnya saat suara lembut Jihan memanggil namanya.

"Hay, Ji---em tante, apa kabar?"

Minho tak tahu seaneh apa ekspresinya saat ini, hingga membuat Jihan terdiam menatapnya tanpa menanggapi pertanyaan yang ia lontarkan.

Elin mencolek lengan Jihan membuat Jihan tersentak kaget. "Eh? A-apa, Lin?"

"Ditanya anakku."

"Oh, em aku baik. Kamu juga baik-baik aja 'kan--- Minho?"

Kepala Minho pening seketika mendengar suara lembut Jihan kembali memanggil namanya. Ia terlalu rindu tupai manis ini.

"Duduk, Ho!" Elin menyuruhnya duduk di antara mereka. Meja bundar itu diisi oleh empat kursi. Dan kini Minho duduk di tengah.

Sebelah kirinya Elin dan sebelah kanan Jihan.

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang