🍃 Seven

1.3K 160 58
                                    

🌸
___________________________

🍁


Seven


🍁
________________________


Jihan menelan jus sayurannya cepat sebelum minuman itu kembali ia muntahkan dari mulutnya.

Yeji yang melihatnya meringis kasihan.

"Kak, kalau mual mending gak usah diminum aja."

"Gak bisa. Dia tuh harus mengkonsumsi makanan dan minuman sehat biar tubuhnya sehat dan rahimnya subur," sambar sang ibu.

Helaan nafas jengah menjadi respon pertama yang Yeji berikan. Ia kasihan pada Jihan, kakak iparnya itu selalu saja dipojokan hanya karena belum hamil.

"Kalau kak Jiji minum harusnya mas Ekal juga minum dong biar kualitas spermanya bagus."

Semua yang ada di ruangan itu melotot kaget. Tak terkecuali Jihan. Bagaimana bisa adik iparnya begitu frontal membicarakan hal seperti itu?

"Tubuh yang sehat, pola hidup sehat dan makanan yang bergizi juga mempengaruhi kualitas sperma asal mama tahu. Makanya mas Ekal juga harus banyak istirahat dan liburan jangan kebanyakan lembur di kantor."

"Jangan kaget ya, aku juga belajar biologi di sekolah," lanjutnya saat melihat semua orang tercengang karena ucapannya barusan.

"Ya udah, besok bikin jusnya dua gelas," sahut Haekal.

"Enggak. Biar dia aja yang minum, kamu gak usah minum, Kal!" Naya tidak mau anak sulungnya meminum jus herbal itu. Ia tahu betul rasanya sangat mengerikan apa lagi Haekal tidak terlalu suka sayur.

Jihan meremas gelas kosong yang tengah ia genggam. Memang benar apa kata orang, hidup dengan ibu mertua itu lebih banyak menderitanya dari pada bahagianya.

Kenapa Naya tidak bisa bersikap adil? Bahkan Yeji saja bisa mengerti keadaannya lalu mengapa Naya tidak? Padahal dia juga seorang ibu. Dia seharusnya mengerti bagaimana perasaan Jihan saat ini.

"Cepet abisin sarapan kamu, Dek. Mau berangkat bareng Mas gak?"

"Iya, ini juga aku udah mau beres."

Lalu mereka melanjutkan makan tanpa ada percakapan lagi.

Jihan mengantar suaminya hingga depan pintu lalu mencium punggung tangannya khidmat.

"Hati-hati di jalan ya."

"Kamu juga istirahat di rumah ya." Jihan tersenyum tipis, padahal kalimat itu akan terdengar manis jika saja sang suami mengatakannya dengan nada lembut dan senyum tulus, bukan dengan suara dingin dan raut datarnya.

"Mas ..." panggil Jihan. Haekal yang hendak membuka pintu mobil kembali berbalik.

"Aku bosen di rumah terus," cicitnya pelan. Haekal menghembuskan nafas beratnya.

"Ya udah, kamu boleh jalan-jalan tapi harus pulang sebelum aku pulang."

Senyum manis merekah di wajahnya. Jihan berlari kecil menghampiri Haekal lalu mengecup pipinya ringan.

"Makasih, Mas!"

Haekal menegang. Ia menatap istri mungilnya yang masih mempertahankan senyum manisnya.

Ia merundukan tubuhnya lalu--

Chup~

Mendaratkan sebuah kecupan di bibir ranum itu.

"Sama-sama." Setelah itu Haekal memasuki mobil lalu membawa mobilnya menjauh dari rumah megah itu dengan sang adik yang terus menggodanya karena mencium Jihan di depan matanya.

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang