🍃 Twenty Four

1K 147 41
                                    

🌸
___________________________

🍁


Twenty Four


🍁
________________________

Jeana menatap kesal tespek di genggaman. Kenapa hasilnya tak kunjung positif? Padahal pemeriksaan menunjukan kalau Jeana tak punya masalah apapun dengan hormon dan rahimnya, Jeana juga selalu menyuruh Haekal mengeluarkan benihnya di dalam. Bahkan mereka selalu melakukannya saat Jeana sedang dalam masa subur.

Jeana membuang tespek itu ke tong sampah lalu ke luar dari kamar mandi. Cuaca pagi ini sangat cerah. Tapi tak tertutup kemungkinan nanti siang akan hujan, mengingat ini sudah memasuki musim penghujan. Ia kembali merebahkan tubuh di atas kasur lalu menarik selimut untuk kembali menutup mata.

Sisa-sisa kekesalannya masih bertahan di dada lalu kembali mencuat ke permukaan saat bel apartmentnya berbunyi.

Jeana berdesis sebal lalu menoleh pada jam dinding yang menunjuk angka delapan.

"Astaga! Ini masih pagi!"

Tingnong!

Bel kembali berbunyi. Masih bersungut-sungut, Jeana berjalan gontai ke luar kamar. Rambut yang masih acak-acakan dan baju tidur yang berantakan tak sedikitpun menarik perhatian untuk ia rapikan.

Lagi pula, siapa sih yang datang bertamu sepagi ini?

Cklek---

Pintu terbuka. Jeana menatap bingung seseorang di hadapannya.

"Cari siapa, Mbak?" tanyanya pada gadis dengan kemeja kotak-kotak biru yang sedari tadi berdiri di depan pintu.

"Dengan Mbak Jeana?" Gadis itu bertanya balik. Jeana hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ah, saya kurir dari restoran, Mbak. Ini makanan pesenannya."

Jeana mengernyit bingung. "Saya gak pesen makanan tuh."

Si kurir ikut mengernyit bingung.

"Tapi barusan mbak pesen atas nama Jeana dari kamar dengan nomor unit apartment 124, dan alamatnya benar ini."

Tak ingin jam tidurnya terpangkas oleh perdebatan konyol dengan si kurir, Jeana segera mengambil kotak makannya.

"Berapa?"

"Kan udah dibayar via transfer pas Mbak pesen tadi."

Keningnya kembali mengernyit.

"Ya sudah kalau begitu saya permisi, Mbak Jeana. Selamat menikmati sarapannya."

Si kurir berlalu dari hadapannya dan Jeana memilih masuk ke dalam apartment. Sedikit bingung dengan makanan yang tidak pernah ia pesan ini.

"Masa bodoh, aku masih ngantuk!" Ia menyimpan makanan di meja lalu kembali masuk ke kamar untuk melanjutkan tidur paginya.




Haekal menatap tak suka gadis di hadapannya. Sementara gadis itu malah tersenyum manis lalu mendudukan tubuh di sofa.

"Mas 'kan udah bilang, jangan sering datang ke kantor, Jeana."

"Kenapa sih, Mas? Masa main ke kantor pacarnya sendiri gak boleh." Jeana mengerucutkan bibir sebal membuat Haekal salah fokus.

"Jangan manggil kaya gitu lagi. Kita gak pacaran."

Jeana balik menatap Haekal tajam. Gadis itu menyeringai lalu kembali bicara.

"Gak pacaran, tapi ciuman? Tidur bareng tiap minggu---"

"Jea---"

"Aku kangen sama Mas Ekal, Mas udah tiga hari gak main ke apartment."

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang