🍃 Eighteen

1.1K 150 60
                                    

🌸
___________________________

🍁


Eighteen


🍁
________________________


Cklek--

Senyum lebar Minho segera menyambutnya saat pintu apartemen itu terbuka.

"Masuk, Tan!" Minho membuka pintu lebih lebar memberikan akses pada Jihan untuk memasuki apartemennya.

Setelah insiden penculikan Jihan tempo hari. Bukan penculikan sih sebenarnya, justru Minho datang menolong Jihan.

Saat Jihan berjalan ke arah eskalator, dari arah berlawanan Haekal juga tengah berjalan terburu-buru menuju tempat yang sama. Jika saja Minho tidak menariknya bersembunyi ke balik tembok pasti ia akan bertemu dengan sang suami. Dan bisa dipastikan apa yang akan terjadi.

Awalnya Jihan heran mengapa Minho menariknya bersembunyi, namun mendengar pengakuan Minho membuat Jihan merasa semakin buruk.

Minho mendengar semua percakapan itu. Ia duduk tak jauh dari meja di mana Jeana dan suaminya berada. Ia juga menyadari keberadaan Jihan tepat saat Jihan berbalik pergi.

Karena alasan-alasan tersebutlah Jihan putuskan untuk berterima kasih. Satu ucapan terima kasih yang berhasil mencairkan kecanggungan di antara mereka. Satu ucapan terima kasih yang membuat Minho kembali tersenyum lebar dan satu ucapan terima kasih yang membuat Jihan kini terdampar di apartment si bocah.

"Kamu udah makan?" tanya Jihan saat kakinya sudah masuk ke dalam ruangan.

"Belum, Tan."

"Makan dulu, saya bawain ayam geprek kesukaan kamu." Jihan menyimpan bungkusan yang ia bawa di atas meja lalu mengambil piring.

"Kamu gak masak nasi?" tanya Jihan saat melihat rice cooker yang kosong. Untung saja dia membeli ayam beserta nasinya.

Minho menggeleng dengan cengiran khasnya. "Emang tante gak bawa nasinya?"

Jihan menatapnya datar. "Ngelunjak ya, udah dibawain ayam malah minta sama nasinya."

"Ya 'kan ayam geprek tuh sepaket sama nasi juga lalapannya, Tan." Minho mendudukan tubuh di kursi tepat di sebrang Jihan.

"Iya juga sih, nih saya bawanya sepaket kok." Jihan senyum sambil menyodorkan piring ke hadapan Minho. Dan Minho masih belum terbiasa dengan sikap Jihan yang soft ini. Dia bisa terkena soft attack!

"Tan?"

"Hm?"

"Muka tante manis banget deh."

Jihan mendongak. "Gak usah ngegom---"

"Gak takut disemutin, Tan?" Minho menaik-turunkan alisnya genit. Jihan yang semula berniat mengomelinya kini malah merona.

Sial!

Apa-apaan ini? Jihan dibuat tersipu oleh bocah SMA?

"Makan! Jangan ngegembel mulu kamu, Minho."

"Hehe... aku jujur tahu, Tan. Gak ada unsur gombal-gembelnya."

Jihan memilih mengabaikan ocehan anak itu. Jika ia ladeni bisa baper beneran dia. Tidak lucu 'kan baper sama anak SMA?




Meja makan sudah rapi, piring sudah dicuci bersih, saatnya Jihan pulang. Minho yang melihatnya hanya bisa menatap sedih.

Tadinya ia berharap akan memiliki waktu cukup lama bersama tante tupainya, tapi sepertinya dewi fortuna sedang tak berpihak padanya.

I LOVE YOU, TANTE  [Minsung Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang