(59) Tragedi Ulang Tahun

1.6K 134 54
                                    

Baca part ini dengan sepenuh hati ya ❤️ Bayangin kalau seandainya kalian jadi Ana. Siapin tisu ya guys. Happy reading! ❤️
____________________________________

"Mbak Ana...."

"Mbak..."

Aku tergesa-gesa menutup oven "Eh, iya iya. Kenapa?"

"Di depan ada anak kecil yang waktu itu digendong sama Mbak Ana."

"Oh, itu Iyan namanya. Oke, aku keluar sekarang. Tolong dilanjutin ya."

"Siap Mbak Ana."

Pegawaiku dengan sigap melanjutkan pekerjaan memasak yang tertunda. Aku menghidupkan kran air dan memencet botol sabun yang ada di samping wastafel. Membersihkan tangan dan wajah yang sedikit terkena deburan titik-titik terigu. Aku membasuh tanganku berulang kali, juga mengelapnya dengan tisu kering.

Setelahnya, aku melepas celemek yang bertuliskan nama Ana dari tubuhku, menyampirkannya kembali ke gantungan khusus celemek dapur. Aku keluar dari dapur usai membersihkan diri dari urusan peradonan.

Bibirku melengkung ke atas, menariknya membentuk garis lengkung. Senyuman terbit dari bibirku yang melihat bocah kecil memegang bunga lily putih.

Lily putih?
Untuk siapa ? 

Ingin sekali memberi kejutan pada Iyan, tapi dia telah menyadari keberadaanku terlebih dahulu. Rencanaku gagal.

"Momm!!!"

Berteriak berlari menuju ke arahku yang sudah siap membuka lebar memberinya pelukan. Aku membawanya ke dalam pelukanku. Rasanya sangat nyaman sekaligus senang bisa memeluk bocah kecil yang padahal tidak memiliki hubungan darah denganku.

"Acu angen mommy." Dia mendusel-dusel wajahnya di leherku.

"Mommy juga kangen banget sama Iyan."

Dia memberiku setangkai bunga Lily yang tadi digenggamnya "Ini unganya uat mommy."

"Wahh, anak Mommy manis sekali. Thank u jagoan."

"Cama cama Mommy."

Cup cup cup.

"Eli mom. Iyan Eli hihihihihihihi.."

Aku mengecupnya tanpa ampun dan diapun terkikik geli.

"Gimana An? Udah sembuh total?"

"Ya seperti yang kamu lihat sekarang. Udah sembuh kok."

"Syukurlah. Iyan dari kemarin cerewet nanyain kamu terus tuh."

"Hahahahahaha... Kamu iri kan, Iyan jauh lebih peduli sama aku?"

Dengan lucunya dia membuka mulutnya "Acu bocen cama Ayah. Mom kapan nginep lumah acu?"

Aku tertawa mendengarkan ucapan yang dilontarkan Iyan. Anak kecil selalu berkata jujur. Saking jujurnya dia tanpa berpikir kalau ayahnya akan menanggung malu akibatnya.

"Kalau Mommy udah selesai kerjain cheese cakenya, Mommy main ke rumah Iyan deh."

"Benelan?"

"Bener dong."

"Yeyyyyy, acu bica tidul cama Mommy. Acikkkkk" Soraknya dengan riang gembira.

Iyan duduk di bangku pojok dekat kaca yang langsung berhadapan dengan pemandangan jalan. Aku menatap dalam-dalam setangkai bunga yang kugenggam.

Setahuku, bunga lily putih melambangkan kesucian, dan ketulusan.

[END] Apa Salahku Bun? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang