(49) Keluarga Kecil Bahagia

2.4K 163 34
                                    

Suasana riuh bising kocokan mixer, seretan loyang sudah menjadi musik alami di dapur. Hentakan kaki berjalan ke sana ke mari mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan menjadi alarm tersendiri. Alarm pengusir rasa kantuk maksudnya.

Di rak gantung berisi bahan dan alat pembuat kue terdapat jejeran tempelan block notes yang bertuliskan list pesanan yang masuk. Mulai dari deadline terdekat hingga deadline selanjutnya.

Aku berjalan cepat mengitari dapur mengecek apakah adonan yang dibuat sudah sesuai kriteria atau belum. Memastikan bahwa semuanya sudah terolah dengan benar tanpa ada bagian yang terlewatkan.

Aku mengelap tepung yang tidak kusadari menempel di wajahku. Membuat hidungku gatal dan ingin bersin. Begitulah, tepung seolah menjadi bedak bagi wajahku. Aku tertawa sendiri bila melihat kondisi wajahku yang dipenuhi bedak tepung. Aku sengaja menaruh kaca di dekat wastafel dapur, supaya para pegawaiku bisa membersihkan wajahnya terlebih dahulu jika ingin keluar dari dapur. Kasian, takutnya kalau ada pelanggan yang usil malah ditertawakan.

Sambil menyentang list daftar pesanan aku mendekat ke pegawaiku "Mbak pesanan buat besok udah selesai?"

"Belum Mbak, tadi siang mendadak ada yang telepon kalau mau pesan banyak 50 box buat besok sore Mbak." Jawabnya disambi mengocok adonan kue.

"Lah, mendadak banget yah. Ternyata sekarang udah jam delapan, gak kerasa."

"Kita bakalan lembur malam ini Mbak, kejar tayang."

"Huum.. Disyukurin aja ya semuanya."

"Ngomong-ngomong kalian udah pada makan belum?"

"Sudah mbak, tadi kami makan sekitar jam tujuh."

"Oh, aman deh. Aku takutnya kalian lupa belum makan."

"Mbak Ana pasti belum makan ya?"

Kok tau aja sih? Tebakannya benar sekali.

"Eh, iya belum kalo makan malam. Aku keluar beli makan dulu ya. Sekalian mau beli kopi, biar ga ngantuk waktu lemburan hehehehe.."

"Silahkan Mbak Ana makan dulu, kami yang akan melanjutkan pekerjaan."

"Oke! Semangat guys! Aku pergi dulu ya!"

Berpamitan terlebih dahulu dengan para pegawaiku, lalu membasuh setiap inci wajahku agar tidak ada tepung yang menempel.

Parah, bisa-bisa nanti aku dibilang badut kalau wajahku penuh tepung, benar bukan?

Setelah tidak ada bekas tepung lagi, aku mengeringkan wajahku dengan tisu. Aku teringat dengan Mamah, aku lupa mengabari kalau hari ini aku harus lembur. Pasti, Mamah sudah khawatir denganku yang sedari tadi belum memberinya kabar apa-apa. Lebih baik aku pulang terlebih dahulu sekaligus mengambil perlengkapanku.

Oke, lebih baik aku pulang dulu.

Merogoh kunci mobil dalam tas dan segera berjalan ke halaman parkir. Aku memasuki mobil dan segera menghidupkannya. Beruntung, malam ini jalanan tidak ramai, dikarenakan sudah bukan termasuk jam pulang kerja. Jadi, perjalananku malam ini tidak memakan waktu yang lama.

Tidak ada setengah jam, roda mobilku sudah sampai di depan gerbang rumah. Pagar secara otomatis terbuka dengan sendirinya tanpa harus aku repot-repot turun mendorongnya. Sangat membantu, bila kita sedang sendiri dan terburu-buru.

Aku melihat mobil Mamah, dan Kak Lucas sudah terparkir dengan rapi di garasi. Berarti, Kak Lucas sudah pulang bekerja. Hatiku senang bukan main, karena biasanya Kak Lucas pulang larut malam.

[END] Apa Salahku Bun? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang