(20) Om Dokter vs Yanda Rahardian

3.7K 242 15
                                    

-Om Dokter Axel-

Blam!

Aku membanting pintu ruanganku dengan kencang, tidak peduli siapapun yang melihatnya.

Keadaan sekitar ruanganku sangat sepi, sehingga aku berani bertindak bar-bar seperti ini contohnya.

Tanganku rasanya gatal sekali ingin segera meninjunya! 

Tanpa persiapan apapun tanganku segera melayang di udara dan mendarat tepat di kedua rahangnya yang kokoh itu.

Bugggghhhh!

"Rasakan itu!"

Aku meninjunya dengan brutal dua kali,  aku tidak peduli bila ia lebih tua dariku.

Persetan dengan usia!  Persetan dengan kehormatannya!

Aku tidak peduli!
Toh,  yang kulakukan tidak dapat mewakili betapa kesakitan Reina yang mendalam.
Pukulan ini tidak ada apa-apanya,  tidak sebanding dengan penderitaan Reina!

Saat aku meninju wajahnya,  tatapan kosong yang dapat kulihat. Ia hanya diam, diam menerima pukulan yang tiba-tiba menyerangnya.  Ia tidak melawanku sedikitpun,  hanya pasrah untuk diperlakukan apapun. Mungkin,  ia juga tidak peduli bila aku memperlakukannya lebih buruk dari ini.

Setelah puas mendaratkan pukulan, aku beranjak untuk duduk di kursi nyamanku. Aku harus tenang,  duduk di sofa empuk menetralisir akan perbuatan lain yang bisa terjadi bila terus-terusan melihat wajah ayah brengsek sepertinya!

Kutarik nafas dalam-dalam,  berusaha menetralkan tingkat emosiku yang menggebu-gebu saat ini,  mungkin otakku sudah mendidih?

Jariku menuding ke arah sahabatku,  tanpa kata hanya melalui arahan mataku ia kusuruh untuk duduk di kursi pasienku.

Sekarang, aku berhadapan dengannya. Berbicata empat mata adalah pilihan yang tepat untuk mencari banyak solusi permasalahan Reina.  Kalau tidak begini,  mana mungkin aku bisa tahu dan mengorek perbuatan ganjil keluarganya. 

Suasana semakin mencekam, untuk mengubah situasi menjadi lebih rileks,  kuputuskan untuk membuka obrolan terlebih dahulu. 

"Aku tidak tahu lagi harus berkata apa padamu.  Jujur,  aku sebagai sahabatmu sangat kecewa, bagaimana bisa kau melakukan hal ini terhadap Reina hah?!? " tanyaku dengan mata menelisik berusaha menyelami kedua bola matanya untuk menemukan sebuah jawaban.

"Maaf,  aku tau aku sangat bersalah akan hal ini.  Maafkan aku Axel,  aku ini orang tua yang tidak becus.  Aku gagal menjadi seorang Ayah. Sungguh,  aku tidak melakukan kekerasan apapun pada puteriku." Jawabnya dengan tangan yang menyugar rambutnya yang sebenarnya telah berantakan.

"Maaf katamu?  Kau tidak lihat betapa hancurnya anakmu sendiri?  Apa kau telah kehilangan akal? Ia dirawat sendirian, tanpa ada yang menjaganya!  Hanya ada sahabatnya kemarin,  tetapi hanya satu kali ia menemani anakmu. Setelah itu,  tidak ada yang peduli dengannya. Kau ini Ayah macam apa?!?" Cercaku dengan sedikit emosi.

"Aku tahu,  aku paham Xel.  Tetapi,  aku ini bisa apa Xel?  Aku ingin melindunginya,  tetapi isteriku akan semakin naik pitam bila ia tahu aku menunjukkan kepedulian terhadap Reina. Ada sesuatu hal,  yang kau tidak mengerti, ini sulit dijelaskan Xel.  Aku juga tidak ingin hal ini terjadi pada Reina."

[END] Apa Salahku Bun? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang