(64) Bertarung Nyawa

1.5K 112 40
                                    

Tap vote + komen yayy😘
__________________________________

"Reina cepat kamu ambil mobil Om!" perintah tegas Om Axel padaku. 

Dia melemparkan kunci mobilnya ke arahku, dan aku langsung menangkapnya. Dengan kaki yang masih gemetaran, aku berlari ke arah basement. Aku berlari secepat mungkin dengan tenaga yang kencang. Saking cepatnya aku berlari, aku telah sampai di dalam mobil milik Om Axel. Aku segera menancapkan gas memacu mobil keluar basement

Berhasil keluar dari basement, jalanan mendadak menjadi ramai karena banyaknya orang yang mengerubungi tempat kejadian kecelakaan. Aku memencet klakson mobil berkali-kali untuk memberi tahu agar tidak menghalangi jalanku. 

Tin tin tin. 

Entah, sudah berapa kali aku menekan klakson agar orang-orang bisa menyingkir. 

Aku juga membuka kaca jendela dan berteriak "Awas!" Agar orang-orang tidak lagi berada di depanku. 

Aku dengan kepanikan yang berlebihan merasakan perutku campur aduk di sertai kecemasan yang luar biasa. Pada saat aku keluar dari mobil, aku kembali menjerit histeris mendapati ceceran darah yang mengalir dari tubuhnya. Darahnya sangat segar. Warna merahnya menjadi tanda parahnya kecelakaan yang terjadi. 

Tubuhku tidak sanggup melihat itu semua. 

Aku bahkan sudah seperti tidak memiliki tenaga memandangi Om Axel yang menggendong tubuhnya dengan hati-hati ke dalam jok tengah. Aku hanya menangis dan menangis. Menyesali karena tidak bisa menolongnya. 

Tau kalau aku sangat berantakan, Om Axel menenangkanku.

"Kamu tenang saja, aku tahu dia kuat." 

Aku masih terisak dalam-dalam melihatnya tidak sadarkan diri. Om Axel menyandarkan kepalanya di atas pahaku, sehingga bajuku juga ikut terkena darahnya yang masih saja merembes. Padahal aku sudah membekap lukanya dengan kain yang diberikan Om Axel. 

Jariku tergerak pelan mengelus rambutnya.

"Aku mohon, jangan tinggalkan aku hiks hiks hiks.."

Mataku tambah memburam ketika menyentuh wajahnya yang penuh luka. Aku tidak tahan melihatnya seperti ini. 

Ya, Tuhan tolong selamatkan nyawanya. 

Tolong beri dia kekuatan. 

Aku terus merapalkan doa sepanjang perjalanan. Aku terus memandangi wajahnya, dan aku tertampar karena matanya sama sekali enggan terbuka. Aku merasa berdosa tidak bisa berbuat apa-apa. 

Aku hanya bisa meraung menangisi keadaannya. 

"Sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit, Rei." Om Axel bersuara memberi tahuku agar aku sedikit tenang. 

Sumpah! Aku tidak bisa tenang sekarang! 

Bagaimana aku bisa tenang melihat dia tertidur lelap dipangkuanku dengan darah yang terus bercucuran! Bahkan jariku terus bergetar mendapati darahnya yang terus mengucur keluar. Kain yang diberikanpun sampai tidak bisa menahan rembesan darahnya. 

Hiks hiks hiks 

Aku mengguncangkan badannya dengan penuh kepedihan.

"Bangun. Tolong bangun.." 

Namun, dia tak kunjung bangun. Dia dengan teganya masih memejamkan matanya. Dia layaknya orang yang tertidur tanpa beban. 

Aku semakin terluka melihatnya begini. 

"Kita sudah sampai, kamu buka pintunya, Rei," suara tenang Om Axel menyadarkanku bahwa kami telah sampai di depan rumah sakit milik Mamah. 

Aku membuka pintu dan menunggu para suster yang mengangkat tubuhnya yang penuh luka. Aku terdiam tanpa tahu harus bagaimana. Para susterpun juga ikut terkejut ketika mengetahui siapa yang menjadi korban kecelakaan. 

[END] Apa Salahku Bun? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang