(45) Temu Tamu

2.3K 153 20
                                    

Usapan lembut yang dibuat oleh jemari-jemari pria menyalurkan reflek ke otakku menyuruhku untuk bangun. Tak kalah kelembutan usapan jemarinya, bisikan dengan nada penuh kepelanan mengusik kegiatan istirahatku.

Dia membisikkan tepat di telingaku yang tidak tertutup guling "Morning An."

"Hmmmm" Aku ikut mengeluarkan gumaman sambil menggeliatkan badan. Kedua tanganku terangkat seperti bayi yang mengulet tidak mau dibangunkan. Aku juga sudah mengucek sudut mataku. Sayangnya, mataku masih teramat berat, engga terbuka. 

"Ayo bangun An. Katanya harus ke kedai pagi-pagi. Lupa ya?"

Sedetik aku masih tidak menghiraukan ucapannya.

Apa katanya kedai?

Hah! Astaga aku terlambat! Aku terlonjak kaget mengingat akan adanya konsumen yang ingin datang dan menawarkan kerja samanya denganku pagi ini.

"Eitsss. Sans aja An, ini masih jam setengah enam. Kamu masih memiliki waktu satu jam lagi." Kekehnya yang menyaksikan keterkejutanku.

"Aih, aku lupa Kak. Untung saja Kak Luc membangunkanku, bisa mati aku nanti!"

"Cepat mandi dan jangan lupakan sarapan. Kakak tunggu di bawah ya." Perintahnya yang mengingatkanku agar segera bersiap-siap.

Seusai mengakhiri perintahnya, dia bangkit dari ranjangku dan berjalan mencapai gagang pintu. Dia bergerak meninggalkan kamarku menuju ruang makan untuk menyantap sarapan.

Aih, bodohnya An! Aku menepuk jidatku merutuki kebodohanku yang bisa-bisanya terlena dengan tidur nyenyak. Hampir saja aku melupakan janji temu penting. 

Bagaimana bila tamuku membatalkan kontraknya karena aku terlambat? 

Jangan sampai. 

Tanpa ba-bi-bu kakiku belari menuju kamar mandi dan menyamber handuk kering yang terletak di samping lemari pakaianku. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membersihkan diri, hanya sekitar lima menit saja aku sudah keluar dari kamar mandi. Aku melanjutkan dengan memoles wajahku menggunakan bedak tabur agar menyamarkan kerut-kerut yang agak timbul dikarenakan tadi malam aku terjaga, tidak bisa tidur layaknya jam tidur manusia dewasa yang normal. Tidurku amat singkat, hanya tiga jam saja.

Ckckckc. Lidahku berdecak kesal melihat kantung mata yang menggantung dengan buasnya. Ada cekungan lingkaran hitam yang menggaguku, dan aku harus mengelabuhinya dengan memberikan krim-krim fondation sebelum memolesnya dengan bedak. Menelisik kondisi wajahku yang kiranya sudah lebih fresh daripada sebelumnya.

Oh, aku melupakan bibirku yang masih pucat.

Aku lupa, belum menyempurnakannya dengan lipstik pink natural. Aku memakaikan lipstik tipis-tipis, karena aku tidak ingin terlihat mencolok.

Dengan langkah lebar aku mendekati lemari pakaianku dan memilah-milah kostum apa yang akan aku gunakan. Tanganku mengangkat tumpukan baju, dan pandanganku langsung jatuh pada sebuah dress selutut yang berwarna pink.

Sepertinya, cocok denganku yang akan menemui konsumen nanti siang. Tersenyum sambil memeriksa dress pink dengan jeli, takut akan dress itu bolong atau sobek yang bisa menimbulkan kesan buruk. Ternyata, aman. Dress pink yang indah. Aku mengganti pakaianku semula dengan dress pink berlengan pendek tersebut.

Aku mematutkan diri di depan cermin dengan tangan yang merapikan dressku yang sedikit tersingkap. Aku menambahkan pita pink tua sebagai penghias pinggangku, sehingga menambah kesan elegan sekaligus manis. Menyisir rambutku dengan perlahan sambil menuangkan sedikit demi sedikit vitamin rambut. Harum sekali, rambutku menjadi beraroma vanilla yang lembut. Memastikan bahwa bayangan gadis yang terpantul di kaca adalah diriku, aku menelisik kembali penampilanku.

[END] Apa Salahku Bun? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang