(55) Pengharapan Om Axel

2.3K 170 29
                                    

Bila dengan kebencian bisa membuatnya puas. Maka dengan sepenuh hati, aku terima. Aku akan melahap semua kebencianmu sampai habis.
Lampiaskan semua kebencian jika memang bisa menyalurkan luka yang tertambat di hati.

*********

Spesial part Om Axel POV 😘

_________________________________

Katakanlah aku pria paling pengecut di dunia ini.

Aku sendiri tidak tahu, mengapa aku bisa terus diam menahan kerinduanku yang kian hari menumpuk.

Tiap hari berganti, waktu terus memupuk subur rinduku yang bertambah melesak setiap waktunya.

Aku memiliki hobi baru yakni memupuk rindu.

Kilasan wajah sendunya saat ia menangis beberapa tahun lalu terus menghantuiku. Selain rindu, rasa bersalahku juga kian mencuat akibat kebodohanku yang membiarkannya pergi tanpa bisa menahannya.

Seharusnya, aku menahannya kala itu! Aku mengejarnya pergi, kalau perlu aku menyekapnya sekalian agar dia terkurung dalam apartemenku. Biarlah, aku dibilang pedofil. Aku tidak peduli.

Karena, aku memang benar-benar tulus menyayanginya.

Dia bukan sekedar anak dari temanku, yang kebetulan terlahir dari rahim seorang wanita yang dulu pernah singgah di hatiku.

Dia adalah gadis yang berhasil menggetarkan jiwaku yang sudah lama kosong.

Kosong semenjak aku sudah berhasil melupakan kisah romansaku yang berakhir kandas sia-sia.

Namun, Tuhan menyiapkan rencana lain.

Aku tidak tahu dosa apa yang telah kuperbuat. Mengapa Tuhan menggetarkan hatiku ketika berada di dekatnya. Tidakkah Tuhan tahu, bagaimana perasaanku?

Aku mencintai anak dari wanita yang dulu pernah kucintai.

Kenapa takdirku selucu ini? Aku tertawa sumbang memikirkan bahwa dunia ini sangatlah sempit. Aku kembali berada dalam lingkaran drama masa lalu yang memang sudah selesai.

Bertahun-tahun aku mencarinya kemana-mana. Hasilnya selalu saja nihil.

Setahun, dua tahun, tiga tahun, empat tahun melakukan pencarian sama sekali tidak membuahkan hasil.

Dia bagai hilang ditelan bumi. Aku benar-benar tidak bisa melacak keberadaannya.

Beberapa bulan setelah kepergiannyapun hidupku ikut terasa hampa. Sehari setelah aku mengunjungi rumahnya yang penuh duka, aku sudah tidak tahan untuk tidak merindukannya.

Sungguh, aku adalah orang pertama yang tidak percaya kalau gadisku telah pergi ke alam lain. Aku tidak percaya! Feelingku mengatakan bahwa Reina itu selamat, dan sudah berada di kehidupan yang baru. Entah, dimana ia tinggal yang jelas dia selamat.

Orang lain pasti menganggapku gila karena aku masih meyakini kalau gadisku masih hidup.

Aku percaya kalau dia masih bernafas. Aku yakin akan hal tersebut.

Belum genap setahun kepergiannya, jiwaku sudah hampa. Kepalaku hanya berisikan masalah rumah sakit dan Reina. Hanya dua masalah ini yang ada di pikiranku.

"Le, beritahu aku. Kemana gadisku pergi Le?" Tanyaku dengan penuh frustasi.

"Aku sudah berusaha mencarinya, mengerahkan anak buahku. Tapi, kamu harus bersabar Xel. Anak buahku masih belum menemukan tanda-tanda keberadaannya."

[END] Apa Salahku Bun? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang