(33) Kedatangan Tak Diundang

3.3K 196 13
                                    

Special part masih setia sama Om ganteng dulu yah hihihihi 

-------------------------------------------------------------------------------------

Hanya satu jam aku bisa memejamkan kedua mataku yang sedari tadi terus meminta berjaga tetap melihat keadaan Reina. Aku memijit kepalaku yang sedikit berdenyut karena banyaknya beban yang harus aku pikul sendiri. Aku membutuhkan sebuah minuman hangat untuk merilekskan pikiranku yang stress. Jariku menekan nomor telepon kantin rumah sakit untuk meminta teh. 

"Halo, ini dokter Axel.. Tolong bawakan secangkir teh hangat dan roti keju ya ke ruangan saya.. Terima kasih.." 

Setelah menyampaikan permintaan, aku menutup telepon dan mengecek pesan secara berkala takut ada yang terlewat. Banyak sekali pesan yang kuterima, padahal aku baru saja mengabaikan ponsel selama satu jam. 

Ckckckckckckckck, aku menggelengkan kepalaku melihat betapa banyak email yang masuk memintaku untuk menjadi brand ambassador produk kesehatan milik beberapa perusahaan terkenal. Aku berucap dalam hati, aku tidak ingin wajahku terpampang dimana-mana menjadi konsumsi publik apalagi para wanita di luaran sana, aku takut nanti privasiku akan berkurang. Bukan aku merasa sombong, merasa sok ganteng, bukan. Hanya saja, aku risih apabila dikejar-kejar oleh para wanita yang tiba-tiba secara gamblang menunjukkan rasa ketertarikannya kepadaku. Bisa saja wanita-wanita di luaran saja memanfaatkan posisiku sebagai dokter muda sekaligus pemilik rumah sakit ini untuk dijadikan bahan gosip yang bisa meluas menjadi sensasi, yang berakibat merusak karirku yang susah payah aku bangun selama ini. 

Aku membalas email tersebut, dengan mengucapkan terima kasih telah berbaik hati memberi kesempatan baik padaku, hanya saja untuk sekarang aku tidak bisa menyanggupi kontraknya dikarenakan aku masih sangat sibuk untuk mengurusi rumah sakitku yang setiap hari bertambah pasiennya. Mungkin, orang lain akan menggunjingku mengatakan aku bodoh selalu menolak kontrak kerja yang tak ada hentinya menawarkanku menjadi brand ambassador produk perusahaan terkenal, tapi aku tidak berambisi untuk menaikkan popularitasku semata. Aku ingin benar-benar melaksanakan sumpahku untuk menjadi seorang dokter yang mengabdi pada nusa dan bangsa sampai akhir hayat. 

Sibuk membalas pesan-pesan dari email perusahaan, seseorang datang mengetuk pintu ruanganku. 

Tok tok tok 

"Masuk..." jawabku kepadanya. 

"Ini dokter Axel pesanannya, saya letakkan di meja samping ya dok." Ucap Mbak penjaga kantin rumah sakit dengan sopan. 

"Iya Mbak, terima kasih ya." Balasku dengan senyuman yang tulus kepadanya.

"Sama-sama dokter, saya kembali ke kantin ya dok. Permisi...." 

Melihat secangkir teh yang ternyata masih panas, terlihat dari kepulan asap yang keluar dari cangkir. Pas sekali untuk menghangatkan pikiranku yang sedang keruh. Aku segera meminumnya sedikit demi sedikit sambil mengecek beberapa email lainnya. Menyesapnya bagai candu pereda stress. Ingin kumakan roti keju kesukaanku sehabis membalas tiga email terakhir, aku sudah sangat lapar. Selesai sudah email yang telah kubuka semuanya, saatnya menyantap roti keju favoritku. Rotinya masih hangat, makanan di kantinku memang selalu fresh, karena aku selalu membuat peraturan agar makanan yang dijual haruslah sehat dan fresh from the oven. 

Brakkkkkkkkkkkk

Bantingan keras pintu menjadi musik yang menggantikan keheningan ruangan.
Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja pintu ruanganku terbuka secara paksa, yang tentu saja membuat jantungku rasanya ingin melompat keluar. Aku terlonjak kaget, bisa-bisanya ada seseorang yang memasuki ruangan dokter tanpa mengetuk terlebih dahulu. Dimana kesopanannnya!!!! Kalau saja yang berada dalam ruanganku saat ini memiliki riwayat sakit jantung, bisa dipastikan sakitnya akan kumat dan berujung pada kematian. Kurang ajar! 

[END] Apa Salahku Bun? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang