(30) - Jangan Bangunkan Aku

3.8K 198 18
                                    

Happy Reading! Yuk main tebak-tebakan Reina lagi dimana sih? Tulis di kolom komentar yahh 🤗😆
---------------------------------------------------------

Tenang dan damai
Mengalihkan ketakutan yang biasanya memenuhi jiwaku yang lemah
Aku terus melangkah tanpa arah
Melintasi sebuah lorong yang sunyi
Berjalan tanpa mengerti arah tujuan
Instingku hanya mengatakan
Bahwa aku harus mengikuti kilauan cahaya yang bersinar
Bersinar terang sampai aku dibuat menunduk
Menunduk untuk terus mengikutinya
Seolah cahaya memancar bagai mantra
Langkah demi langkah
Kulalui seorang diri
Mungkin,
Benarkah ini sebuah jawaban?
Jalan yang aku harapkan selama ini
Yang setiap saat tanpa absen
Aku selalu rapalkan dalam doa
Berharap Tuhan membawaku
Jalan menuju kedamaian
Kedamaian batin dan jiwa
Terima kasih Tuhan
Engkau telah mengabulkan permintaanku
Permintaan seorang gadis rapuh

Langkah demi langkah panjang aku lalui tanpa henti. Aku tidak memikirkan apa yang ada di balik pancaran sinar. Aku hanya mengikuti instingku untuk terus mengikuti seberkas cahaya tersebut. Logikakupun dikalahkan dengan insting yang mengisyarakatkan tubuhku tergerak mendekati sinar. 

Berjalan tanpa merasa berjalan.

Berjalan tanpa merasakan tapakkan kaki menyentuh tanah.
Layaknya sedang melangkah di udara.

Akhirnya, setelah berjalan cukup lama aku sudah sampai di penghujung lorong.

Inikah jalan terbaikku?

Berhasil sampai di pengujung lorong, aku menemukan sebuah jalan kembali. Ada sebuah pembatas yang harus kulalui terlebih dahulu, yaitu pintu putih. Jangan bayangkan pintu putih layaknya pintu rumah yang ada knopnya. Ini berbeda, pintu ini tidak bisa kusentuh. Jadi, pintu ini tembus pandang, tidak berwujud. Hanya netraku saja yang bisa melihatnya. 

Tempat yang sangat indah ada di balik pintu putih. Aku takjub sekali melihat pemandangan tempat indah itu. Aku tidak tahu tempat apakah itu? Bahkan ini beribu-ribu jauh lebih indah dari fantasi khayalanku selama ini. Aku yang tidak mengerti akan keberadaanku saat ini, memutuskan untuk melewati pintu putih yang membatasi lorong dan tempat indah itu. Sangat mudah aku melalui pintu putih, hanya sekedar menapakkan kaki secara bergantian aku sudah dijemput masuk ke dalam dunia baru. 

Bahagianya. 

Dunia baru yang sangat indah dan menenangkan. Pohon menjulang tinggi dengan ranting yang dipenuhi oleh dedaunan hijau segar, ditambah kicauan burung yang bersumber dari atas pohon menambah kesan alami. Air mengalir dengan teratur di sungai, sangat jernih dan aku memastikan air ini layak untuk dikonsumsi. Gemercik air sungai menghibur gendang telingaku yang kemarin hanya dipenuhi dengan bentakan dan makian saja. Aku melampiaskan rasa bahagiaku dengan senyuman penuh kedamaian. Aku betah sekali berdiam diri di sini, aku tidak mau pergi meninggalkan tempat seindah ini. 

Aku tidak memiliki pikiran bahwa aku salah datang ke tempat ini, tempat yang sebenarnya aku tidak mengetahui keberadaannya. Baru kali ini, seumur hidupku aku bisa mengunjunginya. 

Dengan senyuman yang tidak pernah surut, perlahan aku duduk di antara bebatuan di samping sungai. Aku ingin merasakan duduk di pinggir sungai jernih itu. Aku duduk bersila sambil mengarahkan pandangan ikut hanyut dalam aliran sungai yang terus mengalir tanpa henti. Pola aliran yang teratur, membuatku pikiranku semakin tenang. Kejernihan air sungai juga ikut melunturkan pikiran kalutku. Kejernihan air membawa pengaruh pada kejernihan pikiranku. Alam bawah sadarku mengatakan kalau momen ini adalah momen yang seharusnya tidak terjadi pada diriku. 

Tetapi, instingku mengatakan bahwa aku harus tinggal di sini saja, agar bisa menikmati keindahan momen yang tidak pernah kudapatkan. 

Aku mengendikkan bahuku ke atas. Lagipula, tidak ada orang yang akan mencariku, semua orang sudah disibukkan dengan kegiatannya masing-masing. Bohong, jika ada yang memperdulikanku. Toh, sekarang juga aku sudah menemukan dan merasakan hakikat ketenangan jiwa yang sebenarnya. 

[END] Apa Salahku Bun? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang