(77) Baku Hantam - Puncak Konflik

1.6K 177 154
                                    

Wajib komen vote ya sayang ♥️❤️
Special part panjang 😀
_____________________________

Benar kata orang bahwa tidak ada yang bisa menghapus masa lalu. Hal ini berlaku untuk Yanda dan Mamah. Bukannya berniat menghapus, mereka bahkan masih meneruskan hubungan masa lalu yang belum usai. Mungkin, tidak akan pernah usai.

"Honey, dompet kamu ketinggalan di mobilku!" teriak seseorang itu tanpa menghentikan langkahnya.

Deg.

Honey. Aku tidak salah dengar, kan?

Seketika kami semua menoleh ke arah sumber suara. Aku membalikkan badanku yang diikuti Bunda.

Aku tahu suara siapa itu.

Tubuhku menegang.

Bunda masih dengan posisinya yang merangkulku, melepaskan tangannya dari pundakku.

"Thank you, honey. Untung saja, tidak jatuh di jalan," girang Mamah sambil berdiri berjalan mengambil dompetnya.

Mata kami beradu. Mata Bunda sudah memerah. Begitu pula dengan aura keterkejutannya. Sangat terkejut. Bunda meremas tanganku.

Mas Axel melempar ponselnya ke sembarang arah.

Pranggg

Mas Axel sudah bersiap berdiri dengan tangan yang mengepal.

Hawa panas menjalari tubuh kami semua.

Mamah tanpa berdosa masih bertanya, "Xel, kamu ini kenapa?"

"Ibu mau tau kenapa, ya? Coba Reina perkenalkan diri kamu."

Aku memang sadar, tapi jiwaku kurasa sudah melayang entah kemana.

Hawa semakin panas karena Mas Axel yang sudah terbakar emosi. Kami bertiga sudah dibakar oleh api yang bergejolak.

"Sini sayang, kenalin diri kamu." Mas Axel menekankan kata sayang.

Aku yang masih berdiri mematung dengan tangan yang diremas Bunda langsung ditarik Mas Axel.

"Aku... Reina.." lidahku kelu tidak bisa berucap panjang. Mas Axel melingkari pinggangku dengan tangannya.

Mas Axel mengecup pipiku, "Reina siapa hmmm? Coba kasih tahu dua orang yang ada di depan kamu, sayang," ujarnya dengan penuh penekanan.

"Tolong katakan ada apa sebenarnya, hah?! An, Mamah enggak ngerti," polos Mamah dengan wajah linglung.

Hidungku kembang kempis ingin menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sebelum berbicara. Tetes air mata keluar di sudut mataku.

"Ya, aku Reina Rahardian. Aku anak Yanda. Pria yang Mamah sebut Honey."

Duarrr

Mamah mendelik, kurasa bola matanya bisa saja menggelinding ke bawah nantinya. Mamah menghentakkan kakinya dengan kasar.

"Apa maksudnya? Kamu bohong kan, An?! Jawab Mamah!"

Mamah membentakku? Aku tersadar kalau aku dicap sebagai pembohong olehnya. Aku tidak terima!

"Jaga ucapan kamu, Zia! Jangan bentak anak aku!"

"Untuk apa aku bohong, Mah? Buat apa?" jawabku dengan suara mengalun.

Suasana bertambah memanas. Kehadiran Kak Lucas juga terabaikan, dia yang dengan susah payang mendorong roda tanpa bantuan siapapun. Aku ingin marah, tapi aku lebih mementingkan dadaku yang seperti terhimpit sebuah benda asing.

[END] Apa Salahku Bun? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang