Terlempar Pada Masa

772 127 9
                                    

(kind of) Semi Canon. Slight 🔞


***









Taeyong menggeliat kecil saat mendengar dering alarm. Tangannya menggapai-gapai mencari weker. Setelah dimatikan, ia berbalik menyamping hendak kembali tidur.

Matanya seketika membuka cepat saat ia merasakan tubuh-atau kulit seseorang- yang ia peluk.

"Aarghhh!!! ..." Taeyong beringasan menendang selimut. Tapi saat menyadari ia dan sosok disampingnya tidak mengenakan apa-apa, Taeyong segera kembali menarik selimutnya, menutup keduanya cepat.

"Hmm" gumaman tak jelas terdengar.

Taeyong sepertinya mengenali suara itu. Wajah yang sebagian tertutup juga. Tapi ia tidak tahu ini kamar siapa. Ruangan yang cukup luas dengan dominan abu-abu. Ranjang queen size berwarna putih. Dan bau aneh.

"Kenapa? tidur lagi saja, baby. Ini masih terlalu pagi" ujar yang masih berbaring, menarik tangan Taeyong.

"T-ten? k-kamu Ten?" suara Taeyong sedikit parau. Tak percaya.

Yang dipanggil Ten kemudian perlahan bangun, menampakkan wajah bantal yang tetap terlihat enak dipandang.

"Hyung kenapa?" tanyanya sambil menggusak wajah.

"Kenapa ... kenapa kita bisa disini? aku semalam tidur di kamar dormku sendirian" tanyanya, terdengar bingung.

Ten mengerutkan keningnya tak suka. Ia memukul Taeyong dengan guling di belakangnya.

"Apa kepalamu terbentur kepala kasur karena semalam terlalu semangat menggagahiku, hyung?" tanyanya terdengar merajuk.

Wajah Taeyong memerah mendengar penuturan kekasihnya.

"H-hah? aku ... aku melakukan apa? tapi a-aku sudah janji tidak akan menyentuhmu selama kita pa-caran?"

Ten kembali memukul kepala Taeyong.

"Tapi kita sudah menikah, bodoh!"

Taeyong membelalakkan matanya kaget.

"Berapa tahun umurmu sekarang?" tanyanya cepat.

"Kamu lupa umur suamimu sendiri? Hyung!"

"Jawab saja, Ten"

"Fine, 37"

"Jadi, 12 tahun lagi aku akan menikah denganmu ..." Taeyong berbisik, bermonolog, mengelus dagunya.

"Apa yang kamu ucapkan?" Tanya Ten heran.

"Tidak ada apa-apa, sayang" jawab Taeyong sekarang tersenyum licik.

"Ayo ulang lagi yang semalam" tambahnya disambut gebukan guling yang ketiga.




end.

((menggagahi))

[end] Cermin (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang