Have You Ever?

484 100 23
                                    

semi canon.

(panjang untuk disebut cerita mini)

***








Ten memandangi langit-langit kamarnya. Ia bisa mendengar dengkuran halus Hendery di kasur sebelah. Louis dan Leon juga sudah terlelap, rupanya.

10 menit lalu Ten baru pulang dari latihan, seperti biasa. Hari-harinya benar-benar hanya dihabiskan untuk 20% jadwal, 50% latihan, dan sisanya kucing (juga me time, mungkin). Sampai dititik ia tidak tahu lagi untuk apa ia latihan terus-menerus saat masih banyak yang mengabur soal kariernya. Juga kehidupan cintanya.

Katakan, apa ada masa depan bagi kisah cinta dua orang lelaki dari grup idola yang sama? Sedangkan dua-duanya sama-sama passionate soal kerjaan, tapi pada saat yang bersamaan juga tidak mau saling melepaskan?

Mungkin hal inilah akar dari fikiran-fikiran aneh yang menggelayut di otaknya, membuatnya sampai seperti kehilangan motivasi sejenak. Ten lelah nemikirkan masa depan yang masih buram.

Sampai kemudian suara pesan masuk yang ia setting untuk kontak khusus terdengar.

buka pintu, hyung di depan.

Ten bangkit, sebisa mungkin tidak membuat suara berisik. Ini sudah hampir jam 1 malam.

Lalu disinilah sekarang Ten. Duduk berdampingan di atas sofa ruang tengah dengan kekasihnya beberapa tahun belakangan.

"Kamu mikirin apa?" Tanya Taeyong begitu saja.

Ten benar kalau mereka bisa berkomunikasi lewat telepati. Tapi meskipun begitu, rupanya apa yang ia fikirkan tak langsung bisa ditangkap oleh Taeyong. Entah tidak bisa atau Taeyong pura-pura tidak bisa.

Taeyong memegangi tangan Ten tanpa melihat wajah kekasihnya.

"Kenapa?" Tanya Taeyong lagi. Mengelus genggaman tangannya.

"Pernahkan hyung mikir buat apa lagi kita bersama?"

Taeyong langsung menoleh, memandang Ten yang menatap lurus ke arah gantungan baju.

Taeyong menghela nafas panjang. Ia mengusap wajahnya sendiri.

Taeyong tidak tahu harus menjawab apa.

Tentu pernah ada fikiran seperti itu. Tidak hanya sekali dua kali, juga berkali-kali.

Tapi saat satu pihak sedang rapuh, Taeyong tahu dia tidak boleh ikut-ikutan rapuh. Taeyong tidak mau 'jarak' yang agensi ciptakan ikut-ikutan masuk ke dunia mereka. Cukuplah saat bekerja jarak itu ada.

"Bohong kalau hyung bilang hyung nggak ada kefikiran hal itu" jawab Taeyong akhirnya.

"Tapi besok, atau bahkan sedetik setelah ini adalah misteri yang nggak ada satupun orang yang tahu, Sayang ..."

"... khawatir sama waktu yang belum datang cuma bakal ngabisin energi kamu, energi kita. Hyung nggak akan bisa jawab buat apa kita masih sama-sama, tapi ... kenapa kita nggak syukurin aja detik saat ini. Detik saat kita masih bisa sama-sama?" Taeyong mengangkat tangannya, mengelus wajah Ten sayang.

"Mungkin ini kedengerannya childish, tapi selama hyung ada di agensi ini, hyung bakal tetep lebih prioritasin kerjaan. Supaya nanti waktu hyung bilang kalau hyung juga mau milih kerjaan sekaligus kamu, agensi bisa sedikit kasih keringanan. Kamu juga mau kan begitu?"

Ten tertawa kecil.

"Hyung bener, kita nggak perlu mikir jauh dulu"

Taeyong mengelus rambut Ten sayang, membawa Ten pada pelukannya.

Mereka berdua akhirnya tertidur di atas sofa. Berpelukan, seolah hanya saling memiliki, terlihat damai. Bahkan tak terusik sedikit pun saat Kun diam-diam menyelimuti keduanya saat lelaki itu hendak ke dapur.


end.











Ten kemarenan lagi melankolis banget di boba wkwkwk sabar ya Ten jadi artis SM mah:) Semoga cepet-cepet dapet promosi yang 'beneran' promosi ya kamu, kariernya nanjak. Taeyong juga. amin^^

Dear SM,pengen liat taeten pelukan santai tapi resolusi gambar/videonya yang HD (yg rookies games time gausah diitung!), is that too much to ask?? 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dear SM,
pengen liat taeten pelukan santai tapi resolusi gambar/videonya yang HD (yg rookies games time gausah diitung!), is that too much to ask?? 😭

[end] Cermin (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang