Midnight Thoughts: Another Photograph We Keep For Ourselves

481 93 21
                                    

—Semi canon. 🔞

salah satu malam saat Taeyong & Ten kompak nggak update apa-apa karena sibuk cuddling di kamar.



***








Taeyong menyender pada headboard kayu kasur miliknya, sedangkan Ten menyender pada dada bidangnya. Berdua tanpa busana, berselimut kain tebal yang wanginya sudah bercampur dengan aroma cinta.  Taeyong memeluk tubuh Ten, mengelus-elus perut kekasihnya lembut seraya menciumi kecil-kecil rahangnya. Tak memutuskan kontak fisik selepas bercinta.

Asap air dari Air purifier di kamar Taeyong jadi terlihat seperti berwarna lembayung karena terkena cahaya lampu berwarna serupa, yang memendar lembut membuat kamar tetap terasa temaram. Suasana semakin dreamy dengan diiringi suara musik lofi dari ponsel Taeyong.

"Mm ..." sedikit geli, Ten mendorong wajah Taeyong pelan.

"Itu apa?" Ten kemudian bertanya, telunjuknya menunjuk satu boks kecil yang terpajang di salah satu rak lemari di samping mereka.

"Hmh? itu? ..." Taeyong kembali mencuri satu ciuman, "Instax, Polaroid kamera?" jawab Taeyong menatap Ten yang menoleh ke arahnya.

"Iyakah?" Ten bergerak pelan, suara selimut bergemerisik.

Merangkak, Ten meraih kotak itu. Taeyong jahil menepuk pelan pipi bokong Ten yang masih terlihat sedikit merah.

"Aiya-" cicit Ten pelan. Ia menoleh, mendapati ringisan kecil Taeyong saat melihat wajah Ten yang tertekuk pura-pura marah.

Setelah mengambil isinya, Ten kembali menyender pada tubuh Taeyong. Tangan Ten lalu bergerak memutar-mutar kamera instan itu.

"Bisa dipake?" Tanya Ten kemudian.

Taeyong mengangguk, menarik tubuh Ten ke belakang agar lebih menempel. Lalu kakinya naik, mengukung kaki Ten di balik selimut. Tangannya ganti mengelus paha.

"Hyung ..." panggil Ten saat Taeyong sibuk sendiri menciumi leher dan tengkuknya.

"Hadap sini duluuu" pinta Ten manja, tangannya menggerakkan kepala Taeyong agar melihat ke arah depan.

"Say cheese" ucap Ten memberi aba-aba. Taeyong tersenyum kecil, lalu jahil menarik wajah Ten yang ternyata juga tengah bergerak ke arahnya.

Hasil foto keluar.

Ten tersenyum, Taeyong juga.

Foto ciuman yang tidak buruk walau sedikit blur, dengan tangan yang kompak memegangi pipi pasangan. Ten kiri, Taeyong kanan. Sekilas, tak akan ada yang sadar kalau foto itu mereka berdua.

"Bagus?" Tanya Ten memegang Polaroid itu, mematut-matutnya seolah sedang memamerkan.

Taeyong mengangguk, mengelus rambut Ten sayang.

"Bagus" jawabnya singkat, kembali mencuri satu kecupan.

Ten lalu berdiri, melilit tubuhnya dengan selimut yang mereka kenakan, membiarkan Taeyong duduk menyender bersilang kaki tanpa sehelai benang.

Taeyong tertawa, ia menarik boneka kelinci yang jatuh di lantai, menutupi adik kecilnya yang besar.

"Kamu ngapain?" Tanya Taeyong melihat Ten yang berdiri di atas kasur, memperhatikan rak lemarinya.

"Mau cari best spot buat naro fotonya, biar kalau bangun, the first thing you see is our kissing" jawab Ten sambil menaruh fotonya.

Taeyong lagi-lagi tertawa. Bersama dengan Ten 4 tahun ini selalu membuatnya ingat untuk jadi manusia—untuk tertawa dan bahagia, menikmati hidup.

Ten balik merebahkan dirinya di samping Taeyong. Ia mendorong kasar boneka kelinci kekasihnya.

"No one touch your private part unless me!" kata Ten merajuk sebal. Taeyong tersenyum lebar, tangannya menarik selimut di tubuh Ten. Membentangkannya lalu menutup tubuh keduanya.

"I love you" kata Taeyong kemudian. Menyamankan diri, merengkuh tubuh Ten dalam pelukannya.

"I love you too, love you more" jawab Ten balas menyusupkan tangannya pada pinggang Taeyong, memeluk kasihnya erat.








end.







feels like to write this, just because ... lol.
semoga kerasa ya suasana 'dreamy&intimate' nya wkwkwkw









TAETEN💚





[end] Cermin (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang