N

495 101 2
                                    

AU lokal. Romance.

(agak sedikit panjang untuk disebut cerita mini)

***








Nirguna.

Nampak Ten meremas selembar kertas yang Taeyong kirimkan padanya. Jaman sudah berlari kencang meninggalkan Taeyong yang masih suka hidup pada masa lampau. Kekasih Ten itu tak memiliki satu pun alat komunikasi, bilangnya hal itu tak berguna karena ia sibuk mendaki gunung dan tak ada sinyal diantara bebatuan puncak, atau semak-semak belukar, atau pada aliran sungai deras yang batu-batunya berlumut jernih. Seolah-olah ia tak tahu kalau ada benda bernama ponsel satelit di dunia ini.

Namun tak lama Ten kembali merapikan kertas yang ia remas tadi. Dibetulkannya bentuk lembaran itu, dipipih-pipihkannya sayang agar kembali seperti semula untuk ia taruh pada satu kaleng khusus yang ia siapkan untuk surat-surat pendek dari kekasihnya. Sampai kemudian matanya menangkap kertas-kertas lain. Tiket kereta kelas ekonomi menuju Bandung, juga struk check-in homestay di daerah dataran tinggi.

Naiklah ia pada salah satu gerbong ular besi itu. Dan singkat cerita, ia sudah menempati kamar yang Taeyong sewakan.

Nalurinya berkata kalau malam ini akan jadi istimewa. Maka ia membuka lagi surat dari Taeyong, mencari petunjuk lain. Mengikuti kalimat di sana, ia lalu duduk termangu seorang diri di bangku kayu balkon penginapan sambil memegang cangkir kopi. Atensinya terhisap penuh pada hamparan lampu-lampu dari pemukiman warga di kejauhan. Indah sekali.

Nanar tatapannya berubah memicing saat tiba-tiba saja kerlip lampu itu padam sepenuhnya, seperti mati lampu serentak, gelap gulita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nanar tatapannya berubah memicing saat tiba-tiba saja kerlip lampu itu padam sepenuhnya, seperti mati lampu serentak, gelap gulita. Untuk di detik kemudian kembali muncul cahayanya, tapi kali ini cahaya-cahaya lampu itu membentuk satu kalimat cantik yang bila dibaca berbunyi, "Selamat Ulang Tahun, Ten"

Nafasnya tercekat. Ten bahkan lupa kalau hari ini hari ulang tahunnya.

"Nikah yuk?" sapa seseorang tiba-tiba. Ten menoleh, mendapati Taeyong berdiri dibelakangnya, memegang buket bunga dan satu kotak kayu berisi cincin silver yang berkilauan.

"Najis! enak banget lu tiba-tiba ngajak nikah out of nowhere saat gue lagi terharu sama ucapan ulang tahun itu dan sejenak lupa kalau gue pernah ngerasa jadi istrinya bang toyib?!" Ten mengepalkan tangannya erat, ingin menangis. Rasa haru, bahagia, sebal, bercampur sekaligus.

"Nangisnya nanti dulu, emang nggak mau kangen-kangenan sama aku?" Tanya Taeyong tertawa kecil seolah hafal dengan tabiat kekasihnya yang jarang ia temui.

"Nemu duit darimana kamu bisa nyewa satu penduduk kota Bandung buat ngidupin lampunya macam begini?" Tanya Ten yang sudah berlari menubruk Taeyong, memeluknya erat.

"Nyewa hacker lah" jawab Taeyong tak berdosa.

"Not gonna lie, I love this infinitely, and I love you endlessly" ucap Ten pelan beradu dengan suara angin setelah hening beberapa saat.

"Nanti bilang lagi I love you nya kayak gini pas kita di altar ya? Btw, sekali lagi, selamat ulang tahun, Sayang" bisik Taeyong manis, seraya memakaikam cincin di jari soon-to-be husband nya.

end.



nirguna: tidak berguna (nir artinya tidak/tanpa)

in case disini ada yang gak tau bang toyib, ada lagu dangdut judulnya bang toyib itu tentang laki yg 3x puasa 3x lebaran gak inget pulang ke rumah.








THAT THE END OF T-E-N SERIES!

See you next time for Taeyong series lmao😗

[end] Cermin (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang