Bagian terakhir.
Kangen?
Kaget?***
Pria tua bangka yang mencabut nyawa Zato adalah target berikutnya oleh Elka.
Setelah Zato sepenuhnya menghilang, Elka berdiri terdiam sambil menggenggam erat sabit kematiannya. Sementara itu, Rimba dan lainnya sampai ke lokasi pertarungan Elka dan Zato. Lokasi itu sangat kacau, banyak retakan pada tanah dan yang paling menonjol adalah genangan darah yang tepat berada di pijakan Elka, tambah lagi cipratan darah di wajahnya. Penampilan Elka itu sontak membuat teman-temannya terkejut, namun mereka tak bisa bertanya banyak hal.
Pandangan Elka terarah kepada Sam. "Kau pasti tahu sesuatu tentang ayahmu. Katakan, di mana persembunyiannya?"
Ada apa dengan gaya bicara gadis itu? Teman-temannya saling berpandangan dengan wajah bingung.
"Elka, kamu sehat?" tanya Annisa.
Tomi menggeleng. "Sepertinya kepalanya terbentur."
"Aku bertanya padamu, Sam!" bentak Elka.
"Elka, tenangkan dirimu." Desca berkata lembut. "Zato telah tiada. Tugasmu selesai."
"Tidak. Orang yang membunuh Zato adalah target yang harus kumusnahkan selanjutnya."
"Lalu kenapa lo tanya soal ayah gue?"
"Dia bukan ayahmu, Sam." Mendengar itu, Sam membulatkan matanya. "Dia bukan ayahmu."
Terlalu banyak hal yang tak bisa diketahui oleh Sam. Bahkan salah satunya mengenai orang tuanya. Sejak kecil Sam tak tahu siapa ayahnya, hingga kemudian ibunya pernah membawa Sam bertemu dengan sosok pria yang ibunya akui sebagai figur ayah kandung untuk Sam.
Tentu saja, Sam bahagia. Dia punya ayah, terlebih lagi dia punya seorang kakak. Namun, Sam sendiri tak menampik ada perbedaan mendasar antara dirinya dan sang ayah.
Banyak hal yang berusaha ia tutupi, ketidaknyamanannya.
"M-maksud lo?"
"Kau tahu apa maksudku." Elka mengambil jeda. "Jadi, sekarang katakan. Di mana ayahmu?"
Lama Sam terdiam, kemudian ia menggeleng lemah. "Gue benar-benar nggak tahu."
Elka membisu, suasana menjadi hening.
"Elka," panggil Desca perlahan. "Tugasmu selesai."
Elka terdiam lagi. Terlalu banyak hal yang ia pikirkan, sehingga tak ada satu pun yang berhasil terfokuskan oleh pikirannya.
"Kembalilah pada dirimu, kepada kehidupanmu." Desca mengambil jeda. "Semua akan kukembalikan seperti semula."
"Apa semua harus berakhir seperti ini? Banyak hal yang masih belum selesai."
Desca menggeleng. "Semuanya sudah selesai ketika kau berhasil membunuh Zato."
"Tetapi, Desca, kau tahu soal Sam ...."
"Itu bukan urusanmu," potong Desca. Elka terdiam dan membulatkan matanya, tak mengerti dengan arah pikiran Desca. "Selama fakta itu tak menganggu kedamaian antar spesies di bumi, maka kau tak berhak ikut campur."
"Tapi, bagaimana jika—"
"Jangan memberikan alasan untuk memuaskan nafsu membunuhmu!" tegas Desca.
Elka membisu.
"Dengar, mungkin ini terdengar tak adil tetapi aku harus membuat kalian melupakan semuanya," kata Desca kepada Rimba dan kawan-kawan. "Aku harus mengambil memori kalian yang melibatkan kasus ini, sehingga tak ada satu pun dari kalian yang dapat mengingat kejadian ini."
Kemudian Desca memandangi Elka yang lekat menatap padanya. "Termasuk kau, Elka. Semua ingatanmu tentangku, tentang identitasmu harus—"
"Kenapa begitu?" tanya Elka cepat.
Segaris senyuman tergambar di wajah tampan Desca. "Sebab aku ingin kau hidup dengan normal. Ibumu meninggalkan Lazaron, bukan tanpa sebab. Ibumu merahasiakan tentangmu bukan tanpa sebab. Ibumu tahu, kelak tanggung jawab sebagai pemimpin klan adalah hal yang besar dan ibumu ingin kau hidup layaknya manusia normal. Elka, kau layak mendapatkannya."
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Kita berbeda." Desca berjalan mendekati Elka. "Aku akan tetap di tempatku, dan kau juga begitu."
"B-bagaimana mungkin ...." Elka terbata saat melihat Desca mengangkat tangan dan mengelus kepalanya dengan lembut. "A-apa yang kau—"
"Tutup matamu," perintah Desca dengan lembut."
"A-apa?"
Desca menatapnya lekat, tangannya kian turun menuju pipi Elka. Mengusapnya dengan lembut, kemudian menariknya dengan pelan. Jarak wajah keduanya tinggal beberapa centi saja. Bahkan, Elka maupun Desca bisa merasakan detak jantung masing-masing.
Ledrik bergerak cepat menidurkan anak-anak yang lain. Dengan sekali ayunan tangan, semuanya tertidur. Ledrik melakukan teknik menghilangkan ingatan, ini adalah salah satu keajaiban bagi spesies bangsawan seperti mereka. Keajaiban itu dinamakan kendali pikiran. Mereka bisa dengan sangat mudah mengambil atau mengontrol pikiran manusia, termasuk ingatan dan kenangan.
"Tutup matamu," bisik Desca lembut.
Elka masih belum mau menurut, hingga akhirnya ia dapat merasakan Desca makin mendekat. Elka refleks menutup matanya, hingga kemudian ia bisa merasakan sebuah kecupan mendarat di keningnya.
Begitu hangat dan lembut.
Semakin lama, Elka mengeratkan pegangannya di pinggang Desca. Makin larut, makin jauh, makin terasa menghayutkan.
Elka tertidur.
"Apakah Tuan yakin mengakhirinya seperti ini?" tanya Ledrik.
Desca menatapnya. "Kau tak ingin melihat Lazaron kehilangan pemimpin 'kan?" Ledrik terdiam. "Semakin sering kau bertanya, aku akan semakin ragu dengan keputusanku. Aku takut, aku nekat meninggalkan Lazaron demi hal ini."
Suasana sunyi mengambil alih.
"Pindahkan mereka semua ke rumah mereka masing-masing," titah Desca tegas. "Secepatnya, kita kembali ke Lazaron."
"Daulat, Tuanku!"
Sebenarnya, alasan mengapa Desca harus sedemikian cepat mengakhiri segalanya adalah ia jatuh cinta kepada Elka. Semakin lama ia berada di dunia manusia, maka semakin intens pula kedekatannya dengan gadis itu. Semakin lama, Desca bisa merasakan emosinya kepada gadis itu. Hal ini, benar-benar tidak seharusnya ia rasakan.
Desca adalah calon pemimpin kaum bangsawan, Lazaron. Emosi dalam mencintai bukanlah hal yang seharusnya ia rasakan terhadap Elka.
Keduanya berbeda.
Desca berjanji akan mengambalikan semuanya seperti semula. Janjinya adalah hal yang mutlak. Semua akan berjalan seperti sedia kala, jaminan untuk hidup nyaman dan damai sebisa mungkin ia berikan kepada Elka. Ironis memang, namun beginilah takdir yang harus mereka jalani.
Setelah ini, mungkin cerita yang Elka lalui, tidak harus bersama Desca.
Dan tentu saja, Desca pun demikian.
TAMAT
***
ADA YANG INGIN DITANYAKAN?
Tentu saja, akan ada lanjutan ya. Ekstra part bagaimana kehidupan Elka setelah kenangannya soal kasus ini dan soal Desca dihilangkan.
Untuk spoiler, akan ada cerita soal Desca kembali ke Lazaron, lho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]
Mystery / Thriller[END] Fantasi-misteri [Disarankan membaca dua buku sebelumnya : AOS dan ASD Ada banyak misteri di dunia ini tentang makhluk yang tidak bisa dinalar oleh otak. Tetapi sesungguhnya, mereka ada. Terkadang bahkan berbaur di antara kita. Untuk menjaga ke...