Bagian 36

2.3K 335 268
                                    

Udah pada follow aku, kan? Wkwk.
Pokoknya part kali ini harus banyak komen, aku butuh asupan tenaga melalui komen antusias kalian. Karena sebulan ke depan aku bakalan sibukkkkkk bangett.

Happy reading :*

****

Elka pikir ia dan Rimba akan selamat begitu keluar dari rumah itu, nyatanya tidak. Entah berapa banyak gerombolan orang bertudung hitam yang mencegat mereka, satu hal yang jelas, orang-orang itu memang mengincar Rimba seorang. Aneh.

Seakan tak menginginkan Elka untuk mereka bawa. Tetapi, bukankah hal ini aneh? Kalaupun ada orang yang patut dijadikan sandera, tentu saja Elka paling layak. Elka adalah orang paling banyak terlibat dalam kasus ini, Elka juga yang berhubungan dengan Desca, lalu Elka juga yang berpotensi paling menghalangi misi Karin dan Sam ini.

Elka belum berhenti menangis ketika kini berada di rangkulan Desca. Ia masih mengoceh dengan suara parau mengenai Rimba.

"Kau pikir kita sedang berhadapan dengan siapa, Elka?" tanya Desca. "Orang yang kita hadapi bukan penjahat amatiran, mereka tentu punya rencana mengapa malah Rimba yang mereka incar dan bukan kamu."

"Saya setuju, Tuan." Ledrik menimpali secara tiba-tiba, membuat Elka terkejut dan semakin menempel ke tubuh Desca. Sejak kapan orang itu ada di sampingnya? "Sepertinya rencana mereka tidak lain adalah membuat Nona Elka melemah, seperti sekarang."

"Ya. Dan omong-omong, kalau mau muncul pake peringatan dulu," cetus Elka kesal sembari mengusap hidungnya yang terasa perih, terlalu lama menangis.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" gumam Ledrik, mengabaikan gerutuan Elka. "Bagaimana kalau kita kembali dulu?"

"Dan membiarkan Rimba tewas di tangan mereka?!" bentak Elka.

"Elka," panggil Desca dengan suara rendah. "Kita kembali, hanya untuk mengobati lukamu. Percayalah, mereka sudah merencanakan ini. Mereka punya Sam yang sangat mengenalmu, aku yakin situasi ini sengaja mereka ciptakan untuk memancingmu berbuat gegabah. Saranku, kita harus sedapat mungkin menghindari segala tindakan yang ingin kamu lakukan."

"Benar. Sam pasti sudah memperhitungkan Nona akan datang secepat mungkin menyelamatkan Rimba. Kita tidak boleh ikut pada tuntunan rencana mereka, Nona."

Elka terdiam, memikirkan perkataan Desca dan Ledrik yang memang sepenuhnya benar. Dia tak boleh melupakan fakta bahwa Sam adalah salah satu orang yang harus ia lawan. Dan fakta sialan lainnya adalah, Sam orang yang paling mengerti caranya bertindak menjalankan misi.

Belum sempat Elka bersuara, cahaya mobil dari arah kanan membuat ketiganya menyipitkan pandangan dan menghalau cahaya dengan sebelah tangan. Mereka baru tersadar berada di tengah jalan sejak tadi.

Mobil itu berhenti, Melody keluar dari dalamnya. Kemudian menatap Elka dengan raut terkejut.

"Elka?!" pekiknya kaget. Kemudian menatap tajam ke arah Desca yang merangkul bahu Elka. "LEPASKAN DIA!"

"Emm, K-kak ...."

"GUE BILANG LEPASIN DIA!" bentak Melody lagi, sembari menarik Elka dari rangkulan Desca. "SIAPA LO BERDUA, HAH?!"

Elka berdeham pelan, berbisik dari belakang Melody. "Emm, Kak ... aku kenal mereka kok."

"OH, JADI—eh? A-apa?" Intonasi suara Melody langsung melemah. Ia pura-pura batuk demi menutupi kegugupannya, kemudian sejenak mendelik tajam pada Elka. "Kenapa lo bisa kayak gini?"

Elka meringis. "Ceritanya panjang."

Melody melirik singkat kepada Desca dan Ledrik. "Siapa mereka?"

"Orang yang gue kenal," balas Elka. Kemudian berdeham, semakin memperkecil suaranya. "Mereka bukan orang jahat."

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang