Ekstra part

1.2K 234 96
                                    

Hari yang cerah menyambut pagi di Jakarta. Semalam baru saja turun hujan yang sangat deras, sehingga banyak genangan air di beberapa titik jalan. Matahari menyambut pagi ini dengan sinar terik, jalanan basah menguarkan aroma khas. Lalu lalang kendaraan memadati jalanan, seperti biasa, Jakarta macet lagi.

Bersahut-sahutan bunyi klakson dari pengendara yang tak sabaran. Sementara para pejalan kaki, cukup puas bersabar diri dengan menutup telinga sembari berjalan cepat.

Salah satunya Elka, gadis yang hari itu menguncir rambutnya. Pagi ini ia memutuskan berjalan kaki dikarenakan mobilnya mogok. Bibir kecilnya berkomat-kamit mengeluarkan omelan dan umpatan terhadap bunyi klakson yang memekikan telinga.

Gadis itu berjalan dengan langkah lebar, dua tangannya menutup telinga, kemudian kepalanya sedikit tertunduk. Karena langkah terburu-burunya itu, Elka menabrak seseorang dari arah berlawanan.

Terdengar bunyi sesuatu yang jatuh ke trotoar, sementara Elka terhenti dan segera berbalik melihat seseorang itu.

"Maaf, maaf. Gue nggak sengaja!" kata Elka cepat-cepat mengambil setumpuk buku yang berjatuhan di trotoar. "Sorry banget, gue buru-buru."

Untuk sejenak Elka tertegun melihat beberapa buku yang diambilkannya ini. Buku yang menarik untuk dibaca seseorang. Semua buku itu memiliki tema yang sama, tentang kehidupan sosial maupun individu. Buku tentang penjelasan soal manusia, dan yang paling mencolok adalah buku berjudul "menjadi manusia".

Setelah mengumpulkan semuanya, Elka berdiri dan menyerahkannya kepada orang itu.

Sekali lagi ia berkata, "Maaf."

Kemudian lelaki yang memakai topi hitam dan menundukkan kepala itu hanya mengangguk, selanjutnya mengambil alih buku-buku di tangan Elka dan cepat berlalu dari sana.

Elka hanya memandangi punggung orang itu, sembari berpikir dan mencoba mengingat sesuatu.

"Gue ... pernah ketemu tuh orang apa gimana ya?" Sebelah kening Elka terangkat, beberapa detik kemudian ia mengidikkan bahu. "Terserah deh."

Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya.

Di sisi lain, lelaki bertopi hitam itu menghela napas berat. Ia melepas topinya, kemudian seorang lelaki lain muncul seketika di sampingnya.

"Lihat kan? Teknik kendali pikiran itu berhasil, Tuan. Sekali pun Nona adalah keturunan bangsawan juga," kata Ledrik.

"Ya, aku hanya ingin memastikannya saja."

Ledrik memandangi Desca sekilas, kemudian ikut menatap ke arah pandangan tuannya itu. Desca masih menatap ke arah Elka pergi.

"Tuan, kita sudah satu bulan di dunia manusia. Dan sudah tidak ada hal aneh terjadi, anak-anak itu sudah melupakan semuanya."

"Aku tahu."

"Lalu?" Ledrik bertanya. "Kita akan kembali, atau Tuan masih ingin mempelajari dunia manusia?"

Desca memandangi buku di tangannya. "Aku ... hanya ingin memastikan keadaannya." Suaranya pelan, hingga kalau saja Ledrik tak menyimak dengan baik, mungkin perkataan itu tak akan terdengar. "Kita akan kembali ke Lazaron besok."

"Besok?" ulang Ledrik memastikan. Desca menatapnya datar.

"Ya, masih ada satu hal lagi yang ingin aku lakukan."

"Bertemu Nona Elka?"

Desca diam dan itu merupakan jawaban yang berarti iya.

****

Elka dan teman-temannya saat ini berada di rumah pohon, tempat yang biasa mereka jadikan base camp. Empat remaja itu tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sebenarnya, kegiatan berkumpul mereka ini hanya formalitas. Yang terjadi sebenarnya adalah mereka akan fokus pada hobi masing-masing.

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang