Bagian 25

2K 295 30
                                    

Menurut kalian, siapa artis/selebgram yang cocok untuk karakter Desca?

Mau nanya lagi, kalian k-popers atau gamers? Wkwk

****

Saat ini, berkat kepandaian Annisa mereka akhirnya akan masuk ke ruangan khusus dan paling pribadi kepunyaan Heru. Ruangan ini berada tepat di balik sebuah lemari yang ada dalam satu kamar. Serius, jika saja lemari itu tak diperhatikan dengan teliti maka siapa saja dia tidak akan cukup sadar.

Sebelum masuk, Rimba dan Elka sempat saling bertukar pandangan. Oke, mereka akui ada sedikit rasa trauma saat mereka memasuki ruangan sejenis ini. Jika saja sekarang ada Sam, mungkin mereka seperti lebih mirip trio tawanan yang pernah dikurung dalam ruangan bawah tanah menjijikan yang tepat di balik lemari persis seperti sekarang. Menyadari ketakutan dua remaja itu, Tomi menepuk bahu keduanya seakan menyadarkan.

"Tenang, ada aku dan Melody."

"Dan jangan lupakan Annisa yang tahu seluk beluk rumah ini," timpal Melody yang hendak lebih dulu masuk ke dalam ruangan rahasia itu. Polwan satu ini memang rada aneh, Heru dan Haru saja masih di belakang tapi dia sudah sok-sokan masuk duluan. Kalau saja di sana ada perangkap, yakin deh Melody orang pertama yang mampus dalam misi ini. "Hei, kalian! Ruangan ini sama sekali nggak menakutkan, ayo masuk!" teriak Melody dari dalam sana.

Tomi mendecak. "Dasar bar-bar, suaranya kencang sekali!"

"Kayaknya dia kira ruangan itu bisa meredam suara," timpal Andra merasa miris dengan Melody.

"Ayo masuk," ajak Annisa yang akhirnya menjadi orang kedua masuk ke ruangan itu.

Kabar yang sangat baik sekali ruangan itu tidak memiliki tangga terjal seperti ruangan penyiksaan bawah tanah yang ada di sekolah mereka. Ruangan itu benar-benar seperti sebuah kamar yang pintunya berhubungan langsung dengan kamar ini melalui sebuah lemari.

Saat memasuki ruangan itu yang tampak menonjol pertama kali adalah lemari yang menjulang dan panjang memenuhi dinding ruangan dan dipenuhi oleh buku-buku tebal dan terawat. Mereka menganga takjub, mulai mengeksplorasi ruangan itu. Ada sebuah sofa panjang di dekat jendela, lalu single sofa berada di balik meja cokelat yang besar. Di atas meja itu terdapat sebuah komputer dengan layar virtual yang aktif secara otomatis saat kedatangan Heru di sana. Sampai satu meter tingginya, layar itu bersusun-susun memenuhi udara yang awalnya kosong.

"Berjanjilah dulu satu hal," ucap Heru saat berada di kendali komputernya. "Perbaiki softwareku ketika aku memberi informasi yang kalian butuhkan."

"Wah, si tua bangka ini benar-benar terkesima dengan Annisa rupanya." Kalimat itu sebenarnya hanya gumaman, tetapi berhubung ruangan ini cukup kecil dan suasana sedang hening suara Melody itu jadi sangat jelas, sehingga membuat semua mata tertarik padanya. "Eh? Apa? Gue nggak ngomong apa-apa tuh."

Tomi mendecak di sampingnya. "Diamlah, Mel." Dibalas dengusan gadis itu.

Heru berdeham. "Ya, anggap saja begitu. Tetapi, bukankah itu semacam bayaran atas informasi penting?"

"Kalau anda lupa, Annisa bisa saja membocorkan database penjualan anda. Walau masih memerlukan bukti lebih untuk menjebloskan ke kantor polisi, tetapi setidaknya itu cukup membuat bisnis anda hancur," kata Rimba datar.

"Bisakah kalian bekerjasama?" Haru menimpali tak kalah datarnya. "Kami hanya sedang membantu kalian yang entah dari mana bisa mengetahui kediaman kami, mengancam soal database dan keamanan software, sebenarnya apa yang kalian inginkan?"

Melody bergerak mengeluarkan peluru yanh terbungkus plastik transparan dari sakunya. Kemudian ia memperlihatkan itu ke hadapan Heru dan Haru.

"Bukannya ini kalian yang jual?" tanya Melody, mengangkat sebelah keningnya.

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang