Bagian 41

1.5K 279 62
                                    

Siapa yang kangen?

Selamat membaca :*

......

Ada banyak sekali bahasa yang ingin Annisa sampaikan kini. Namun, keadaan mencegah semuanya. Ketika Sam datang dengan raut datar, membisu, lelaki itu hanya melepaskan ikatan di tangan Annisa, kemudian membawa gadis itu bersamanya, pergi dari ruangan memuakan tersebut.

Berulang kali Annisa bertanya, Sam tidak bersuara.

"Sam, ada apa?" Annisa bertanya lagi.

"Lo masih bawa alat yang terhubung dengan Elka?" Sam balik bertanya. Keduanya menghentikan langkah. "Ini penting dan kita harus segera bertemu mereka. Gue yakin mereka ada di sini."

"Aku nggak bawa hp, tapi ...." Annisa meraba sekitar lehernya yang tertutup hijab. "Aku masih memakai kalung smart call. Sam, aku bisa hubungin Elka dengan ini."

Sam menghela napas. "Hubungi dia segera!"

Annisa menarik kasar kalung itu dari lehernya. Kemudian, bandul kalunh berwarna biru muda ditekannya sekali hingga menampilkan hologram kecil di atasnya. Cahaya kecil itu mampu membuat senyum lega Annisa tersungging, dia pikir kalung itu rusak selama perlakuan kasar Karin padanya.

Dengan sekali tekan lagi, Annisa berhasil menghubungi ponsel Elka. Berdering panjang seperti ponsel pada umumnya, tak perlu menunggu lama panggilan itu diangkat seakan sudah dinantikan oleh Elka.

"Annisa!" teriak Elka antusias dari seberang sana. "Ini lo 'kan?!"

"Iya, ini aku, El." Annisa menjawab dengan suara bergetar menahan haru. "Sekarang aku bareng Sam."

"Nis, sebaiknya lo jauhin dia karena dia itu--"

Kalung di tangan Annisa segera diambil alih oleh Sam. "Gue tahu lo akan sulit percaya, tapi Elka, kali ini gue minta kita segera berkumpul."

"Apa lagi ini?"

"Please," ujar Sam pelan. "Gue tunggu di rumah kaca, bangunan yang ada di belakang rumah ini."

"Rumah kaca?" Lama Elka menjeda kalimat itu, sebelum kembali melanjutkan. "Maksud lo ...."

"Itu jalan untuk ke arah bawah tanah. Gue mohon, secepatnya!"

Setelahnya Sam memutus komunikasi dan menyerahkan bandul kalung itu kepada Annisa.

"Kita harus cepat!" katanya.

Annisa mengangguk, kemudian mengikuti punggung Sam untuk berjalan. Hanya beberapa langkah terlewati, Sam kembali berhenti. Akibat berhenti secara tiba-tiba itu, Annisa nyaris saja menabrak punggung bidangnya. Sam segera berbalik, memandangi wajah Annisa sebentar, kemudian memperhatikan tubuh Annisa yang terbalut jaket kebesarannya.

Sam mengulurkan tangan ke hadapan Annisa.

"Apa?" tanya Annisa.

Tak ingin menjawab, Sam langsung menarik tangan Annisa untuk digenggamnya. Kemudian sambil berjalan ia berkata, "Kita harus cepat, jalan lo lambat."

Annisa mengerjap, menurut saja tanpa komentar.

......

Aliansi Rahasia [Sequel Ke-2 AOS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang